Kemenkes Waspadai 5 Penyakit Tropis: Kaki Gajah hingga Cacingan

31 Januari 2023 12:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Plt Dirjen P2P Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu.
 Foto: Facebook/@Ditjen PdanPp Kemkes
zoom-in-whitePerbesar
Plt Dirjen P2P Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu. Foto: Facebook/@Ditjen PdanPp Kemkes
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperioritaskan penanganan sejumlah Penyakit Tropis yang Terabaikan atau Neglected Tropical Diseases (NTDs) di Indonesia. Mereka adalah: filariasis, cacingan, schistosomiasis, kusta, dan frambusia.
ADVERTISEMENT
NTDs adalah Penyakit yang disebabkan oleh berbagai patogen, termasuk virus, bakteri, protozoa, dan cacing parasit.
Berikut 5 penyakit yang dimaksud, diungkap oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rei Rondonuwu, Selasa (31/1).
Infografik Waspada 5 Penyakit Tropis. Foto: kumparan
Kaki gajah
Berdasarkan data Kemenkes, sebanyak 236 kabupaten kota di 28 provinsi di Indonesia merupakan daerah endemis filariasis atau penyakit kaki gajah. Sebanyak 9.906 kasus kronis filariasis tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.
"Dari target sebanyak 93, hanya 72 kabupaten kota yang mencapai eliminasi pada tahun 2021, dan baru ada 33 kabupaten kota telah mendapatkan sertifikat eliminasi filariasis," kata Maxi.
Guru Besar FKM UI Profesor Taniawati Supali mengatakan, penyakit kaki gajah ini ditularkan oleh larva yang ada di dalam nyamuk. Tahap awal orang terkena filariasis biasanya belum bergejala, masih terlihat normal.
ADVERTISEMENT
"Ini yang susah untuk pengobatan tapi pasien bilang masih normal. Gejala awal demam ringan, itu yang menyebabkan mereka tidak sadar, kemudian bengkak, kempes, dan bengkak lagi dan tidak bisa kempes lagi," ujar Taniawati.
Cacingan
Ilustrasi IVERMECTIN, obat cacingan yang disebut-sebut efektif mengatasi COVID-19. Foto: Shutterstock
Berikutnya penyakit cacingan. Di tahun 2021 terdapat 36,97 juta anak yang mendapatkan obat pencegahan massal (POPM) kecacingan.
Hasil survei evaluasi pasca-pemberian obat cacing dari tahun 2017 hingga tahun 2021 menunjukkan bahwa terdapat 66 kabupaten kota yang memiliki prevalensi cacingan di bawah 5 persen, dan 26 daerah lainnya yang memiliki prevalensi cacingan di atas 10 persen.
Schistosomiasis
Schistosomiasis merupakan penyakit yang endemik di 28 desa di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Melalui Permenkes Nomor 19 Tahun 2018, ditargetkan agar schistosomiasis dapat dieliminasi dari 28 desa tersebut pada 2024.
ADVERTISEMENT
Peta jalan eradikasi penyakit schistosomiasis 2019-2025 menjabarkan tahapan menuju eradikasi sesuai dengan rekomendasi WHO, yaitu: pengurangan tingkat kejadian infeksi pada manusia menjadi nol, pengurangan tingkat kejadian infeksi pada hewan menjadi nol, dan pengurangan jumlah keong yang terinfeksi menjadi nol.
Kusta
Sejak tahun 2000 Indonesia dinyatakan telah mencapai status eliminasi kusta dengan angka prevalensi kusta tingkat nasional sebesar 0,9 per 10.000 penduduk. Tahun 2021 sebesar 0,45 kasus per 10.000 penduduk dan angka penemuan kasus baru sebesar 4,03 kasus per 100.000 penduduk.
Selama 10 tahun terakhir terlihat tren relatif menurun pada Prevalensi Rate (PR) maupun angka penemuan kasus baru kusta atau New Case Detection Rate (NCDR).
Pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2019 tentang Penanggulangan kusta, menargetkan untuk mencapai eliminasi kusta tingkat provinsi pada tahun 2019 dan tingkat kabupaten kota pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2021 terdapat 6 Provinsi dan 101 kabupaten kota belum mencapai eliminasi kusta di Indonesia, dan 26 provinsi masih memiliki angka cacat tingkat 2 di atas 1 per 1 juta penduduk.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin RSCM, Sri Linuwih menjelaskan bahwa kusta sebetulnya penyakit kulit dan saraf, terutama ke saraf dulu baru ke kulit. Penyebabnya adalah mycobacterium leprae, suatu bakteri yang bersaudara dengan bakteri mycobacterium tuberculosis.
"Penyakit ini menular tapi memiliki daya tular yang rendah, memerlukan waktu bulanan hingga tahunan. Yang terkena bisa mulai dari anak kecil sampai dewasa, bahkan bayi juga bisa tertular. Penyakit ini dapat diobati dan gratis di Puskesmas," ungkap dr. Sri.
Frambusia
Selanjutnya, berdasarkan Kepmenkes Nomor HK.01.07/Menkes/496/2017 terdapat 79 kabupaten kota endemis frambusia. Kemenkes telah menetapkan bahwa target eradikasi tingkat kabupaten kota dapat dicapai pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2021, dilakukan sertifikasi pada 55 daerah dan telah dinyatakan mengalamai eradikasi frambusia. Jumlah kasus frambusia yang dilaporkan pada tahun 2021 sebanyak 185 kasus yang sebagian besar terdapat di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur.