Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kementerian ESDM dan IRENA Luncurkan Indonesia Energy Transition Outlook
24 Oktober 2022 13:23 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM ) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) bekerja sama dengan International Renewable Energy Agency (IRENA) berhasil menyusun dan meluncurkan Indonesia Energy Transition Outlook (IETO). Dokumen hasil kerja sama ini menjadi salah satu wujud komitmen Pemerintah dalam upaya pencapaian target pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan percepatan transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE).
ADVERTISEMENT
“Apresiasi dan terima kasih kepada IRENA yang telah mendukung kami dalam mengembangkan Indonesia Energy Transition Outlook, yang mencakup semua opsi yang memungkinkan bagi Indonesia untuk mempercepat transisi energi guna mencapai target NZE,” tutur Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Dadan Kusdiana saat peluncuran IETO hari ini (Jumat, 21/10).
Dokumen outlook ini, lanjut Dadan, merinci jalur komprehensif untuk pengembangan sistem energi yang berkelanjutan dan lebih bersih di Indonesia. Dokumen ini menyajikan beberapa kemungkinan jalur masa depan, termasuk salah satu yang selaras dengan jalur global IRENA dari World Energy Transitions Outlook untuk mencapai 1,5 derajat Celcius pada pertengahan abad.
“Roadmap ini terdiri dari beberapa strategi untuk mencapai target percepatan pengembangan EBT dan NZE, antara lain penghentian bertahap Pembangkit Listrik Tenaga Batubara (PLTU), percepatan pembangunan EBT, efisiensi energi, elektrifikasi kebutuhan energi, penerapan smart grid, dan pemanfaatan teknologi bersih seperti Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (Carbon Capture Storage/CCS),” ujar Dadan.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengungkapkan bahwa transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan akan memungkinkan Indonesia untuk beralih dari ekonomi berbasis karbon ke ekonomi hijau. Sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo dalam sambutannya di Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun ini, EBT akan menarik industrialisasi yang menghasilkan produk rendah emisi yang berdaya saing dalam perdagangan internasional.
“Indonesia diberkahi potensi EBT yang melimpah, beragam, dan luas lebih dari 3.000 GW. Namun, saat ini baru 0,3% atau sekitar 12,4 GW dari sumber daya tersebut yang telah dimanfaatkan. Kita harus bertindak berdasarkan strategi taktis untuk mencapai target nasional kita sebesar 23% EBT dalam Bauran Energi Nasional pada tahun 2025,” tandas Dadan.
Dalam jangka pendek, Pemerintah Indonesia telah menerapkan beberapa strategi seperti membangun kapasitas EBT on-grid baru berdasarkan Rencana Pengembangan Ketenagalistrikan PLN (RUPTL 2021 – 2030), implementasi PLTS Atap, konversi PLTD menjadi EBT, mandatori bahan bakar nabati, eksplorasi panas bumi, dan pemanfaatan EBT off-grid lainnya.
ADVERTISEMENT
Rencana pengembangan EBT saat ini ditetapkan untuk memungkinkan pembangunan ekonomi hijau karena kontribusinya dalam mengurangi dampak perubahan iklim dan memastikan ketahanan energi.
Sementara untuk strategi jangka panjang, Kementerian ESDM Indonesia telah bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait untuk menyusun peta jalan untuk mencapai netralitas karbon di sektor energi pada tahun 2060 atau lebih cepat. Pemerintah juga telah meluncurkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan EBT Untuk Penyediaan Tenaga Listrik untuk menarik lebih banyak investasi dalam pengembangan energi terbarukan. Selain itu, saat ini sedang berlangsung pembahasan dan penyusunan intensif RUU Energi Baru Terbarukan yang merupakan inisiatif DPR.
“UU Energi Baru dan Terbarukan akan memberikan kepastian hukum, memperkuat kelembagaan dan tata kelola, serta menciptakan kerangka regulasi yang komprehensif yang dapat menjaga ekosistem investasi EBT yang kondusif, adil, dan berkelanjutan, sehingga EBT dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat,” ujar Dadan.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Dadan menegaskan dalam pelaksanaan transisi energi yang tangguh, aman, dan lebih bersih, diperlukan garis besar rincian jalur komprehensif untuk mengeksplorasi peran elektrifikasi sektor pengguna akhir, perluasan pembangkit terbarukan, solusi efisiensi energi, teknologi baru seperti listrik kendaraan, hidrogen, dan sistem penyimpanan baterai, serta pentingnya memperluas integrasi sektor listrik.
“Kami juga berterima kasih kepada PT PLN (persero), Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, dan semua pemangku kepentingan terkait, atas kerja sama yang baik dalam pengembangan prospek,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur IRENA Gurbuz Gonul menyampaikan bahwa dokumen yang diluncurkan hari ini merupakan pemetaan kemungkinan jalur dekarbonisasi bagi Indonesia hingga tahun 2050 yang selaras dengan tujuan Perjanjian Paris . Dan itu dilakukan melalui kombinasi tiga aliran analisis, yaitu Penilaian Kesiapan Terbarukan, Analisis Peta Jalan Energi Terbarukan (Renewable Energy Map) dan Penilaian Fleksibilitas Sistem Tenaga.
ADVERTISEMENT
Gonul juga mengatakan bahwa dokumen IETO ini merekomendasikan perubahan komposisi bauran energi negara, dari yang didominasi oleh energi fosil mejadi yang bersumber pada energi terbarukan. Dalam dokumen ini menyajikan tiga kemungkinan jalur dekarbonisasi untuk Indonesia, di mana setiap skenarionya menunjukkan bagaimana ketersediaan teknologi utama dapat mempengaruhi perjalanan dekarbonisasi untuk memungkinkan perspektif yang seimbang dari dampak mengandalkan teknologi yang berbeda.
Sebagai informasi, dokumen IETO merupakan hasil analisis Renewable Energy Roadmaps (REmap) dan IRENA’s Renewable Readiness Assessment. Analisis REmap dan analisis transformasi sistem tenaga listrik untuk Indonesia yang dipresentasikan dalam Indonesia Energy Transition Outlook ini, mengeksplorasi peran elektrifikasi sektor penggunaan akhir, perluasan pembangkit terbarukan, solusi efisiensi energi, teknologi baru seperti kendaraan listrik, hidrogen dan baterai/sistem penyimpanan, serta pentingnya memperluas integrasi sektor listrik. Hal ini dikombinasikan dengan IRENA’s Renewable Readiness Assessment yang membahas lanskap energi saat ini, kebijakan dan menguraikan tantangan serta peluang utama untuk mencapai sistem energi. (RWS)
ADVERTISEMENT