Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Semua berawal dari seorang guru sejarah di Prancis, Samuel Paty, ditikam dan dipenggal di sekitar sekolah. Sebelum terbunuh, pada awal Oktober, Paty sempat menunjukkan karikatur Nabi Muhammad SAW kepada murid-muridnya.
Macron yang mengunjungi lokasi penikaman langsung geram dan menuding pelaku adalah 'serangan teroris Islam'. Selain itu, Macron menyebut, apa yang diajarkan Paty merupakan kebebasan berekspresi.
"Salah satu warga kami dibunuh hari ini karena dia mengajarkan murid-muridnya tentang kebebasan berekspresi," kata Macron.
Masih ada pernyataan Macron lainnya yang memicu kemarahan, seperti mengkaitkan muslim dengan separatisme dan Islam adalah agama yang mengalami krisis di dunia.
Indonesia sebagai penduduk dengan mayoritas muslim turut mengecam pernyataan Macron. Mulai dari elemen masyarakat, parpol, hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI).
PKS
ADVERTISEMENT
Presiden PKS, Ahmad Syaikhu, mengirim surat terbuka untuk Macron yang dikirimkan melalui Kedubes Prancis di Jakarta, Jumat (30/10).
Mewakili partai, Syaikhu mengaku tak bisa diterima karena Macron telah menistakan Islam. Dia menyebut, pernyataan itu menyakiti perasaan umat Islam, termasuk di Indonesia.
"Kami menegaskan pernyataan ceroboh Anda tidak bisa kami terima. Ini sangat menyakitkan bagi kami, terutama bagi umat Islam Indonesia, serta dapat mengganggu ketertiban dan perdamaian dunia," kata Syaikhu dikutip dari surat terbuka kepada Macron.
"Kami mengutuk keras setiap tindakan provokatif dan penghinaan yang berusaha mencemarkan nama baik agama apa pun, tidak terkecuali Islam," imbuh dia.
Dia pun meminta Macron segera menarik ucapannya dan meminta maaf kepada seluruh umat Islam di dunia.
ADVERTISEMENT
"Kami mendesak Anda untuk menarik ucapan Anda yang menghina Islam, serta meminta maaf kepada warga dunia, khususnya umat Muslim yang telah tersakiti oleh pernyataan ceroboh Anda," kata Syaikhu.
Elemen Masyarakat
Elemen masyarakat di DIY yang tergabung dalam Aksi Bela Islam Bela Kehormatan Nabi memenuhi titik Nol KM Yogyakarta pada Jumat. Mereka menegaskan, Macron telah membahayakan kesatuan dan persatuan umat muslim dunia.
"Kami meminta kepada umat Islam untuk boikot produk-produk buatan Prancis," kata Presidium Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI), Syukri Fadholi.
Mereka juga mendesak Presiden Jokowi untuk memberi peringatan kepada Macron. Bahkan jika perlu, memutus hubungan diplomatis dengan Prancis.
Masyarakat Cinta Rasulullah SAW menggelar aksi di depan Gedung Sate Bandung. Mereka berkumpul di Masjid Pusdai lalu berjalan kaki ke depan Gedung Sate sambil membawa sejumlah spanduk dan kertas berisi tuntutan.
ADVERTISEMENT
Ada lima poin tuntutan yang disampaikan. Dua di antaranya antara lain menuntut hukuman mati penghina Nabi Muhammad sebagaimana ketentuan yang diatur dalam syariat Islam. Kemudian, mereka juga menuntut pengusiran duta besar Prancis dan mengajak masyarakat untuk memboikot produk asal Prancis.
"Menuntut hukuman mati bagi para penghina Nabi Muhammad SAW sebagaimana ketentuan syariat Islam," tulis surat yang diterima oleh kumparan.
Aksi tersebut berlangsung sekitar 2 jam sejak pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB. Massa kemudian membubarkan diri setelah menyampaikan orasi.
Sejumlah ibu-ibu di Medan menggelar aksi di depan masjid Al-Jihad Medan. Mereka membawa poster Macron lalu diinjak dan dilindas.
Dilansir SUMUT NEWS -media 1001 partner kumparan-, wajah Macron diberi tambahan gambar cap sepatu. Di poster tersebut, juga terdapat berbagai tulisan kecaman.
ADVERTISEMENT
Tak sedikit di antara pengguna jalan turun dari kendaraannya untuk sekadar menginjak kemudian berlalu. Sejumlah orang juga melompat-lompat di atas poster seraya mengecam Macron.
Selain menginjak gambar Presiden Macron lalu merobek-robeknya, pendemo juga mengajak masyarakat memboikot produk-produk dari Prancis.
"Kami rela mati demi Rasulullah," teriak pengunjuk rasa sambil membanting dan menginjak tas.
"Zaman ini kami mendengarnya (penghinaan), dan bagi kami itu penghinaan yang paling berat. Ayah kita saja dihina kita tak terima. Bagi kami tidak ada cara lain. Hanya inilah yang bisa kami lakukan," ucapnya.
Wakil Gubernur Jawa Barat
Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum, menilai perbuatan Macron yang mengamini karikatur Nabi Muhammad telah melecehkan Islam. Padahal, kata Uu, umat muslim tak pernah melecehkan kepercayaan agama lain.
ADVERTISEMENT
"Saya selaku Panglima Santri Jabar merasa terusik, apa yang disampaikan melecehkan rasul yang diagungkan kami dan dijadikan panutan, kami juga sebagai umat muslim tidak pernah mengganggu di umum atau melecehkan kepercayaan orang lain," kata Uu.
Terkait dengan reaksi warga Jabar atas pelecehan itu, Uu menilai merupakan hal yang wajar. Meskipun warga merasa tersinggung, Uu meminta warga Jabar agar tenang dan menyerahkan persoalan tersebut ke pemerintah.
"Islam ini kita wajib menjaganya, wajib menghormatinya dan juga wajib memperjuangkannya, bukan muslim sejati kalau memang agamanya dihina tapi diam saja," ucap dia.
"Kita percayakan dan jangan mengadakan tindakan yang arogan, apalagi pengrusakan dan lainnya. Kita serahkan saja kepada pemerintah, kami yakin pemerintah akan memiliki sikap dan menghargai perasaan bangsa Indonesia ini," ujar Uu.
MUI
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan pemboikotan semua produk buatan Prancis. Pernyataan MUI ini ditandatangani Wakil Ketua MUI, Muhyiddin Junaidi, dan Sekjen MUI, Anwar Abbas, PER 30 Oktober 2020.
"Memboikot semua produk yang berasal dari Prancis serta mendesak kepada pemerintah Republik Indonesia melakukan tekanan dan peringatan keras kepada pemerintahan Prancis," jelas MUI.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga diminta untuk menarik sementara Duta Besar di Paris hingga Macron meminta maaf kepada umat Islam.
MUI menegaskan, Macron menunjukkan sikap intoleran.
"Hentikan segala tindakan penghinaan dan pelecehan terhadap Nabi Besar Muhammad SAW, termasuk pembuatan karikatur dan ucapan kebencian dengan alasan apa pun," terang MUI.
Kemlu RI
Selasa (27/10), Kemlu RI telah memanggil Dubes Prancis untuk Indonesia untuk menyampaikan kecaman tersebut.
ADVERTISEMENT
"Dalam pertemuan tersebut, disampaikan kecaman terhadap pernyataan Presiden Prancis yang menghina agama Islam," ucap jubir Kemlu RI, Teuku Faizasyah.
Faizasyah mengatakan, lazimnya, setelah kecaman disampaikan, perwakilan negara akan mencatat dan menyampaikan ke pusat.