Kemlu Telusuri Identitas WNI yang Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri di Filipina

11 Oktober 2020 11:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemenlu Judha Nugraha. Foto: Salmah Muslimah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemenlu Judha Nugraha. Foto: Salmah Muslimah/kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang wanita Indonesia ditangkap di Filipina selatan karena diduga merencanakan bom bunuh diri. Hingga kini Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI masih berkoordinasi dengan pihak berwenang di Filipina untuk memverifikasi identitas wanita tersebut.
ADVERTISEMENT
"Perwakilan RI di Filipina (KBRI di Manila dan KJRI di Davao) masih meminta akses kekonsuleran ke otoritas di Filipina untuk melakukan verifikasi identitas dan kewarganegaraan," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu RI, Judha Nugraha, kepada kumparan, Minggu (11/10).
Judha menambahkan bahwa WNI berinisial RFR sudah tercatat dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh aparat keamanan setempat.
"Kalau DPO kan sudah jelas, sudah ada pengumumannya, namanya RFR, tapi apakah dia (yang ditangkap) atau bukan kita harus verifikasi dulu. Kita tunggu laporan dari perwakilan kita," lanjut Judha.
Tentara Filipina di lokasi ledakan, di Pulau Jolo, provinsi Sulu, Filipina, Senin (24/8). Foto: Nickee Butlangan/REUTERS
Mengutip AFP, sebelumnya otoritas Filipina mengatakan wanita yang ditangkap di sebuah rumah di Pulau Jolo, Sulu pada Sabtu (10/10) dini hari diidentifikasi sebagai Rezky Fantasya Rulli.
ADVERTISEMENT
Ia merupakan janda dari seorang militan Indonesia, Andi Baso, yang tewas di Sulu pada Agustus.
Dia juga diyakini sebagai putri dari dua pelaku bom bunuh diri yang menewaskan 21 orang dalam serangan di katedral Katolik di Pulau Jolo, awal tahun lalu.
"Kami telah mengejar pelaku bom bunuh diri teroris asing di Sulu setelah pemboman kembar kota Jolo (pada Agustus)," kata Brigadir Jenderal William Gonzales dari Satuan Tugas Gabungan Militer di Sulu.
"Rullie adalah yang pertama dalam daftar kami sejak kami menerima laporan intelijen bahwa dia akan melakukan bom bunuh diri," lanjut Gonzales.