Kenaikan Rating S&P Bisa Turunkan Beban Bunga Utang Pemerintah

23 Mei 2017 21:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Lembaga Rating S&P (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Lembaga Rating S&P (Foto: Wikimedia Commons)
Indonesia telah menerima peringkat layak investasi (investment grade) dari lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P). Kementerian Keuangan optimistis perbaikan rating Indonesia akan mengurangi beban utang pemerintah yang berisiko naik akibat kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan biaya utang (cost of borrowing) bisa berkurang akibat naiknya rating utang Indonesia. Menurutnya, penurunan beban utang pemerintah terjadi karena hal tersebut dapat menurunkan kupon Surat Berharga Negara (SBN) yang harus ditawarkan kepada investor.
Peringkat layak investasi dari S&P ini melengkapi pemeringkat dari lembaga utama lainnya, yakni Fitch dan Moody's. Hal ini menandakan risiko utang pemerintah Indonesia juga ringan. Karena itu, premium rate yang menjadi perhitungan dalam penetapan kupon SBN juga menurun.
"Bisa menurunkan karena harusnya dana yang menjadi available lebih banyak, sehingga permintaan terhadap bonds Indonesia atau SBN mestinya bisa meningkat," ujar Robert di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (23/5).
ADVERTISEMENT
Kantor Kementerian Keuangan (Foto: Kemenkeu Foto/Langgeng)
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Kementerian Keuangan (Foto: Kemenkeu Foto/Langgeng)
Selain itu, kenaikan rating juga akan meningkatkan permintaan investor sehingga harganya naik, maka imbal hasil (yield) juga turun. Dengan begitu, bunga utang yang harus dibayarkan rutin pemerintah juga berkurang.
"Jumat kemarin, (yield SBN 10 tahun) mulai kelihatan (turun) sekitar 0,07-0,08 persen, baik yang denominasi rupiah atau valuta asing (valas) hampir merata," jelasnya.
Meski demikian, ia mengaku beban bunga utang masih akan dipengaruhi oleh rencana Bank Sentral AS, The Fed menaikan suku bunga acuan (Fed Rate) dan menurunkan neraca keuangannya (balance sheet) yang saat ini di posisi 4,5 miliar dolar AS. Menurutnya, kedua kebijakan ini bisa menarik likuiditas di pasar keuangan internasional, sehingga bisa mendorong kenaikan yield.
Hal tersebut, lanjutnya tidak serta-merta menurunkan beban bunga utang pemerintah pada tahun depan, meskipun telah mendapat peringkat layak investasi dari ketiga pemeringkat utama.
ADVERTISEMENT
"Kan salah satu faktor yang mempengaruhi ada Fed Rate mau naik juga. Jadi kami lihat ini mudah-mudahan bisa mengompensasi (risiko kenaikan yield)," jelasnya.