Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.106.0
Kepala BGN: 6 Bayi Lahir Setiap Menit, Mayoritas Dilahirkan Keluarga Miskin
20 Mei 2025 13:18 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan investasi terbesar Indonesia untuk masa depan sumber daya manusia (SDM) menyongsong Indonesia Emas 2045.
ADVERTISEMENT
Dadan bilang, pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini adalah setiap menit ada 6 bayi yang lahir.
"Penduduk Indonesia masih terus tumbuh sampai sekarang, dan sampai sekarang masih tumbuh 6 orang per menit, 3 juta per tahun, dan masih akan tumbuh mencapai 324 juta di tahun 2045," kata Dadan saat meresmikan 14 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di DIY di Tebing Breksi, Prambanan, Kabupaten Sleman, Selasa (20/5).
Saat ini penduduk Indonesia 284 juta. Artinya akan ada penambahan 40 juta penduduk selama 20 tahun ke depan.
Pertumbuhan Banyak di Penduduk Miskin
Dadan telah mengkaji, penambahan penduduk terbanyak ke depan berasal dari penduduk prasejahtera.
"Keluarlah angka statistik berbasis anggota rumah tangga, mulai dari kelas miskin, rentan miskin, menuju kelas menengah, kelas menengah, dan kelas atas," kata Guru Besar Program Studi Entomologi, Fakultas Pertanian IPB ini.
ADVERTISEMENT
Dadan mengatakan, masyarakat kelas atas rata-rata anggota rumah tangganya adalah 2,84. Jadi ada 1 ibu, 1 bapak, dan anaknya rata-rata 0,84.
"Satu orang ibu digantikan oleh 0,84 anak, satu orang ayah digantikan oleh 0,84 anak. Ibu dan bapak digantikan oleh 0,84 anak. Jadi, populasi 2045 tidak ditandai oleh keluarga kelas atas, karena bukannya bertambah tapi menurun," katanya.
Kelas menengah juga demikian. Pada kelas menengah rata-rata anggota keluarga hanya 3,21 orang. Sehingga 1 orang ibu dan 1 orang bapak hanya digantikan oleh 1,21 anak.
"Artinya, kalau ada 100 keluarga miskin dan rentan miskin, maka 56 keluarga anaknya 3 orang, sedangkan 44 keluarga anaknya 2 orang. Jadi, itulah sumber pertumbuhan penduduk Indonesia," katanya.
ADVERTISEMENT
60 Persen Penerima MBG Jarang Makan Daging
Dadan menjelaskan, program MBG ketika diujicobakan didapatkan data 60 persen anak-anak penerima manfaat sebelumnya tak pernah melihat menu gizi seimbang.
Keseharian mereka hanya makan karbohidrat tanpa dengan protein. Misal nasi dengan bala-bala, mi, bihun, atau kerupuk.
"Nanti kalau makan [daging] sapi, kalau di Sukabumi โ bukan di sini, bukan di Sleman โ itu makan daging sapinya kalau Idul Adha saja. Makan ayamnya mungkin sebulan sekali, makan telurnya mungkin seminggu sekali, gitu ya. Nah, kemudian 60% anak itu juga yang dalam intervensi ini, tidak pernah minum susu," katanya.
Kemampuan ekonomi inilah yang menyebabkan 60 persen anak ini tak mampu mengakses makan dengan gizi seimbang.
ADVERTISEMENT
"Oleh sebab itu, maka Pak Presiden memaksa kita semua. Pokoknya, program makanan bergizi harus jalan. Dan ini karena ini adalah langkah strategis karena mereka yang sekarang ada dalam kandungan, mereka yang sekarang masih balita, mereka yang sekarang di PAUD, di TK, di SD, di SMP, di SMA, 20 tahun ke depan, di tahun 2045, itu akan menjadi tenaga kerja produktif," katanya.
Apabila anak-anak ini tidak diintervensi dengan gizi seimbang, kata Dadan, maka dikhawatirkan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, tetapi dengan kualitas rendah. Karena rata-rata anak-anak itu dilahirkan dari orang tua yang pendidikannya hanya SMP โ mengingat rata-rata pendidikan di Indonesia hanya 9 tahun.
"Nah, ini adalah tujuan kenapa makan bergizi harus dilakukan," ujar Dadan.
ADVERTISEMENT