Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Komjen Heru Winarko, mengajak masyarakat peka dan mencurigai rumah tetangganya yang mewah serta memiliki harta berlimpah, tapi orang tersebut tidak diketahui profesinya apa. Dikhawatirkan, orang itu adalah sebagai mafia atau bandar narkoba.
ADVERTISEMENT
“Masyarakat kalau misalnya melihat ada orang yang punya rumah bagus, tapi orang tersebut tidak kerja itu harus menjadi perhatian,” katanya, saat pemusnahan barang bukti ganja, sabu, dan pil ekstasi di Banda Aceh, Senin (15/7).
Menurut Heru, tidak mungkin seseorang bisa memiliki rumah atau harta mewah akan tetapi dia tidak pernah bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Apalagi tetangganya tidak mengetahui apa pekerjaan warganya tersebut.
“Kenapa dia bisa ada rumah bagus, mewah dan segala macam tapi tidak kerja. Itu harus menjadi pertanyaan, bagaimana masyarakat bisa sama-sama menjadi perhatian dalam hal ini,” ungkapnya.
Heru tidak menampik saat ini Aceh menjadi daerah transitnya peredaran narkoba jaringan internasional. Bahkan ditakutkan akan menjadi daerah tujuan utama. Karena itu, dia mengajak semua pihak saling bekerjasama dalam hal pemberantasan narkoba di bumi Serambi Makkah.
ADVERTISEMENT
"Diharapkan bagaimana desa-desa di pesisir mulai dari kepala desa, Bhabinkamtibmas punya satu persepsi desa di pesisir itu tidak diberi ruang untuk lalunya narkoba,” ujar dia.
Dalam kunjungan kerjanya ke Aceh, Heru ikut memusnahkan barang bukti hasil tangkapan dari dua ungkapan kasus yang dilakukan BNN di Kota Depok, Jawa Barat, Senin 6 Mei 2019, dan Kota Dumai, Provinsi Riau, Jumat 17 Mei 2019.
Barang bukti yang dimusnahkan di antaranya 338.900 gram ganja, 52.004 gram sabu, dan 22.766 butir ekstasi. Proses pemusnahan di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Senin (15/7).
BNN bersama Bappenas juga tengah membuat membuat beberapa program untuk mengurangi peredaran narkoba. Program ini sudah berjalan sekitar tiga tahun yaitu pengalihan lahan yang dulunya ditanami ganja kini menjadi lahan produktif.
ADVERTISEMENT
“Ada yang dijadikan kopi, jagung dan juga beberapa tumbuhan produktif lainnya. Strategi kita bagaimana menurunkan supply narkoba, harapannya dengan ada program seperti ini makin berkurang peredaran narkoba dan Insyaallah tidak ada lagi di Aceh,” katanya.
Heru mencontohkan seperti kota Banda Aceh yang menjadi satu-satunya daerah di Indonesia yang sangat rendah tingkat frekuensi peredaran narkoba.
“Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Indonesia, Banda Aceh sangat rendah prevensinya karena desa-desanya aktif sehingga tidak ada masyrakat yang menggunakan atau mengedarkan narkoba,” katanya.