Kepala BSSN soal Lumpuhnya PDN: Kita Gak Punya Back Up Jadi Lama dan Fatal

27 Juni 2024 21:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BSSN Hinsa Siburian. Foto: Kemenkeu RI
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BSSN Hinsa Siburian. Foto: Kemenkeu RI
ADVERTISEMENT
Kepala BSSN, Hinsa Siburian, mengungkapkan serangan ransomware yang menyerang pusat data nasional (PDN) hingga lumpuhnya beberapa sektor layanan publik ini karena tidak ada back up data. Ia menyebut hal itu juga yang membuat serangan siber itu menjadi fatal.
ADVERTISEMENT
Mulanya, anggota Komisi I, Dave Laksono, mempertanyakan kenapa penanganan serangan siber ini begitu lama berbeda dengan penanganan negara lain.
“Tapi kenapa penanganannya sangat lamban? Dan tidak memiliki contingency plan, ini yang sekarang kita bahas, ini tahapannya bagaimana, pencurian data saja yang sudah berulang kali masih sering terjadi dan selalu berkata itu data usang,” kata Dave di rapat kerja bersama Komisi I DPR di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/6).
“Kalau baju bekas sudah tidak terpakai bisa kita sumbangkan, tapi kalau data sudah tidak dipakai harusnya dihancurkan tapi kenapa masih bisa bocor. Terus juga penyimpanan data bukannya ada backup tapi datanya masih bisa dicuri,” lanjutnya.
Suasana rapat kerja Komisi I DPR RI bersama Menkominfo dan BSSN, Kamis (27/6/2024). Foto: Luthfi Humam/kumparan
Hinsa lantas menjawab karena Indonesia tidak memiliki disaster recovery center (DRC).
ADVERTISEMENT
“Mungkin mereka punya DRC, Caranya tersedia jadi cepat, tapi kalau kita ini kan tidak ada backupnya, Itu yang sebenarnya yang fatal yang juga kami lihat dari data center ini,” kata Hinsa.
Hinsa menjelaskan bahwa, data di setiap pusat data sementara itu hanya memiliki satu data saja. Dengan begitu, ketika salah satu PDS terserang malware maka tidak ada cadangan dari PDS lainnya.
“Jadi tidak bisa langsung karena data yang ada di Batam itu tidak bersih sama dengan yang ada di Surabaya,” ungkapnya.
Sebelumnya, Menkominfo, Budi Arie Setiadi, menyebut bahwa serangan ransomware mulanya teridentifikasi serangan di Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya.
“Jadi identifikasi gangguan, yang pertama terjadi gangguan PDNS 2 di Surabaya berupa serangan siber dalam bentuk ransomware bernama brain chiper ransomware,” kata Budi di rapat tersebut pada Kamis (27/6).
ADVERTISEMENT