Kepala Disparpora Bondowoso Dicopot karena Bermain TikTok di Atas Meja

Kepala Dispapora Bondowoso Harry Patriantono (kiri) dipecat karena bermain TikTok. Foto: Istimewa

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Harry Patriantono dicopot dari jabatannya karena bermain TikTok di atas meja. Pengumuman itu disampaikan oleh Bupati Bondowoso, Salwa Arifin pada Rabu (15/7) malam.

"Sanksinya pencopotan dari jabatan. Sanksi itu sesuai (dengan tingkat pelanggaran) dan sudah disampaikan kepada yang bersangkutan," ujar Salwa dalam keterangannya, Kamis (16/7).

Keputusan pencopotan itu berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis Kode Etik yang dipimpin Wakil Bupati Irwan Bakhtiar Rahmad. Hasil pemeriksaan itu menyimpulkan Harry melakukan pelanggaran sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).

Salwa menambahkan, Komisi ASN menilai Majelis Kode Etik telah bekerja dengan baik. Hingga kemudian setuju dengan keputusan pemecatan tersebut.

Sebagai konsekuensinya, lanjut Salwa, Harry dimutasi menjadi staf biasa di Bagian Umum Sekretariat Pemkab Bondowoso. Sementara itu, jabatan Kepala Disparpora Bondowoso diisi oleh Sekretaris Disparpora Retno Wulandari sebagai pelaksana tugas.

Selain dicopot dari jabatannya, Harry juga tak berhak mengikuti lelang jabatan yang akan digelar Pemkab Bondowoso, tegas Salwa.

"Mudah-mudahan ini tidak terjadi kepada para kepala OPD yang lain. Pelanggaran kode etik ini sangat berat sekali," tambah Salwa.

Sebelumnya, beredar video Harry joget TikTok di atas meja bersama dengan desainer perempuan di Bondowoso. Wanita itu mengunggah aksinya bersama Harry melalui akun @ayusimail33.

Keduanya joget dengan alunan musik dangdut, India, dan Korea. Masing-masing video berdurasi, 14,17, dan 18 detik. Video tersebut sudah ramai tersebar di sosial media sejak Jumat (12/5). Akan tetapi, semua video tersebut sudah hilang dari akun @ayusimail33.

Atas viralnya video itu, Pemkab Bondowoso langsung menyelidiki. Sebab, banyak pengaduan dan kecaman masyarakat mengalir deras. Harry sempat mengakui khilaf dan meminta maaf. Meski begitu, laporan tersebut tetap diperiksa Majelis Kode Etik.