Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Keprihatinan Akan Film Naura dan Genk Juara
22 November 2017 18:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Film 'Naura dan Genk Juara' tengah menjadi perbincangan hangat. Isu mencuat di media sosial karena ada yang menuding film itu mendiskreditkan Islam. Dasarnya, saat pelaku kriminal mengucapkan kalimat istighfar.
ADVERTISEMENT
Film yang bermaksud memberikan pendidikan untuk anak-anak ini akhirnya mengundang kontroversi ketika dikaitkan dengan isu agama. Ada yang mengatakan, semestinya pelaku kriminal di film itu tak perlu membawa kalimat agama agar fair.
Ahli linguistik dari Universitas Pamulang, Dr Wildan MA, yang ditemui di Jakarta menyampaikan, ada baiknya orang tua yang mengajak anaknya menonton benar-benar memberikan penjelasan. Atau bahkan tidak perlu menonton film itu.
"Harus didampingi oleh orang tua, atau bahkan jangan sekali-kali nonton film itu," kata Wildan, Rabu (22/11).
Wildan memang belum menonton film itu. Namun dia sudah mendengar beberapa uraian keriuhan mengenai film tersebut. Memang saat ini tengah sensitif terkait kasus seperti ini. Semestinya di mana pun profesinya, peka akan kondisi masyarakat seperti ini. Jadi ketika seni seperti film itu dimunculkan, akan muncul dugaan lain.
ADVERTISEMENT
"Ini seni, tapi ada nilai konotasi di balik itu," tutur dia.
Tak heran publik akan beranggapan ada upaya menyerang idelogi Islam lewat film itu.
"Menghancurkan peradaban Islam dari hal-hal yang terkecil," ucapnya.
Sebelumnya menurut Ketua Lembaga Sensor Film, Ahmad Yani, tak relevan film Naura ini dikaitkan dengan isu mendiskreditkan Islam, apalagi penistaan agama. Berikut pernyataannya tentang penggambaran tokoh yang dipersoalkan tersebut:
"Jadi gini, film itu seperti yang saya katakan cerita anak-anak dan dalam cerita itu ada penjahat. Ceritanya soal penjahat yang harusnya enggak boleh mencuri, dan anak-anak itu kreatif ya mengganggu penjahat itu supaya tidak mencuri. Lalu penjahat itu keluarlah kata-kata spontan doa dan istigfar. Lantas apakah itu harus dimaknai sebagai wujud mendeskriditkan Islam?
ADVERTISEMENT
Bagi LSF itu bisa saja terjadi, kita juga ada kok film di negara lain yang penjahatnya bukan orang Islam, karena di negara luar kan mayoritas bukan muslim, mereka juga pasti ada kata-kata yang seperti 'Oh My God', dan itu kan seperti 'MasyaAllah'. Apa ya salah? Spontanitas itu kan ada"