Keracunan Massal Akibat Tutut Terjadi di Sukabumi

25 Juli 2018 21:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tutut. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Tutut. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Keracunan massal yang diduga terjadi akibat mengkonsumsi tutut kembali terjadi di Jawa Barat. Kali ini terjadi di dua desa dalam Kecamatan Kudadampit, Sukabumi.
ADVERTISEMENT
Kapolres Sukabumi AKBP Susatyo Purnomo Condro menyebutkan sudah 52 orang diketahui mengalami keracunan setelah menyantap siput sawah itu. Kebanyakan korban adalah anak-anak.
"Awalnya jumlah warga yang diduga keracunan tutut sebanyak 44, setelah diverifikasi menjadi 52 orang," kata Susatyo di Sukabumi, Rabu (25/7) seperti dilansir Antara.
Dari 52 korban, 33 berasal dari Desa Citamiang dan 19 berasal dari Desa Sukamanis. Susatyo mengatakan, ada warga yang sampai dirawat di rumah sakit akibat keracunan tutut. Namun, dia tidak menyebut jumlah pastinya.
"Saya sudah perintahkan seluruh jajaran untuk memonitor perkembangan, tim dokter kepolisian juga diminta untuk siaga di kediaman warga yang pulang dari rumah sakit," sebutnya.
Dalam peristiwa keracunan massal ini, ada seorang warga yang meninggal diduga akibat menyantap tutut. Korban bernama Thamrin (18).
ADVERTISEMENT
"Sebelum meninggal dunia korban yang tinggal di RT 23/4 Desa Citamiang, Kecamatan Kadudampit tersebut sempat dirawat di RS Betha Medika Cisaat, tetapi nyawanya tidak tertolong," kata Kades Citamiang Ajang Sihabudin.
Namun, dokter forensik RSUD R Syamsudin SH belum bisa memastikan penyebab kematian Thamrin. "Tidak ada tanda keracunan pada organ dalam jenazah Thamrin warga Desa Citamiang, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi," kata dokter forensik RSUD R Syamsudin SH, Aida.
Menurut Aida, tidak adanya tanda keracunan dalam tubuh korban. Pasalnya, keracunan tutut sawah tersebut tidak memiliki tanda atau ciri-ciri khas. Berbeda dengan keracunan bahan kimia yang memiliki jejak dalam organ atau ciri fisik.
"Sebenarnya tutut ini bagus dan mengandung gizi sehingga tidak ada yang spesifik tanda jejak racunnya seperti apa," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk memastikan penyebab kematian Thamrin, dokter RSUD R Syamsudin SH masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan Puslabfor.
Sedangkan penjual tutut yang diduga menyebabkan keracunan massal ini sudah ditangkap polisi. Namun, penjual berinisial ET dan DA itu masih berstatus sebagai saksi. Polisi belum menetapkan mereka sebagai tersangka.
Kasus dugaan keracunan massal tersebut berawal pada Minggu, (22/7). Kala itu warga membeli tutut dari pedagang keliling. Pada malam harinya mereka mulai merasa pusing dan keesokan harinya, Senin (23/7), kondisinya semakin parah sehingga beberapa orang dilarikan ke rumah sakit.