Kerap Disamakan dengan Putin, Duterte: Saya Membunuh Kriminal, bukan Anak-anak

24 Mei 2022 16:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Filipina Rodrigo Duterte Foto: Romeo Ranoco/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Filipina Rodrigo Duterte Foto: Romeo Ranoco/Reuters
ADVERTISEMENT
Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengkritik pemimpin Rusia Vladimir Putin atas pembunuhan warga sipil tak berdosa di Ukraina. Duterte mengatakan, meskipun ia dan Putin kerap disebut sebagai pembunuh, keduanya berada dalam situasi yang sangatlah berbeda.
ADVERTISEMENT
"Banyak yang mengatakan bahwa Putin dan saya sama-sama pembunuh. Saya sudah lama memberi tahu Anda orang Filipina bahwa saya benar-benar membunuh. Tapi saya membunuh kriminal, saya tidak membunuh anak-anak dan orang tua," ujar Duterte, dikutip dari Associated Press.
"Kami berada di dua dunia yang berbeda," tambahnya.
Duterte selama masa jabatannya telah memimpin upaya brutal untuk memerangi narkoba di negaranya. Tindakan Duterte ini kabarnya telah menewaskan lebih dari 6.000 pelaku tindakan kriminal terkait narkotika.
Namun, sejumlah kelompok HAM di Filipina mengatakan angka kematian jauh lebih tinggi dari itu. Bahkan, mereka mengatakan, tak sedikit anak-anak dan orang-orang tak bersalah lainnya yang turut terbunuh di tengah perang Duterte dalam melawan narkoba.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte Foto: Reuters/Ezra Acayan
Pembunuhan besar-besaran ini telah memicu penyelidikan oleh Pengadilan Kriminal Internasional terkait dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan. Namun, Duterte tetap berjanji akan melanjutkan upaya ini hingga hari terakhirnya sebagai presiden pada 30 Juni mendatang.
ADVERTISEMENT
Duterte, yang secara terbuka memanggil Putin sebagai idola dan temannya, menyuarakan kecamannya atas tindakan Kremlin di Ukraina.
Sambil menekankan bahwa dia tidak mengutuk presiden Rusia, Duterte menyampaikan, ia tidak setuju dengan pelabelan invasi Putin sebagai operasi militer khusus. Ia mengatakan itu merupakan perang skala penuh yang dilancarkan melawan negara berdaulat.
Berbicara kepada Putin sebagai teman, Duterte menyampaikan pesannya yang mendesak Rusia untuk berhenti mengebom dan menembakkan peluru artileri ke daerah pemukiman. Ia pun meminta Moskow untuk mengizinkan warga sipil yang tidak bersalah mengungsi dengan aman sebelum melancarkan pemboman.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte Foto: Ezra Acayan/Reuters
"Anda mengendalikan segalanya. Bagaimanapun, Anda benar-benar memulai keributan di sana jadi kendalikan tentara Anda dengan ketat. Mereka mengamuk," tegas Duterte.
Duterte juga menyalahkan perang Rusia atas lonjakan harga minyak global yang telah memukul banyak negara, termasuk Filipina. Dia menyatakan kekhawatirannya akan stabilitas pasokan minyak Manila di tengah konflik yang terus berkecamuk.
ADVERTISEMENT
"Saya akan keluar (dari jabatan) dan saya tidak tahu bagaimana menyelesaikan masalah ini. Anda harus menyelesaikan perang antara Ukraina dan Rusia sebelum kita dapat berbicara tentang kembali ke keadaan normal," ungkapnya.
Lebih dari sepekan setelah pasukan Rusia mengepung Ukraina, Filipina memberikan suara mendukung resolusi Majelis Umum PBB yang mengutuk invasi Moskow. Filipina juga mengimbau perlindungan warga sipil dan infrastruktur publik di Ukraina.
Meskipun demikian, Duterte menahan diri untuk tidak mengkritik keras Putin dan mengatakan dia akan tetap netral dalam konflik yang berpotensi mengarah pada penggunaan senjata nuklir dan memicu Perang Dunia III.
Penulis: Airin Sukono.