Keraton Soal Pakaian Sri Sultan saat Bertemu Jokowi: Sasirangan dari Kalimantan

18 Januari 2025 2:00 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden ke-7 RI Joko Widodo bertemu Gubernur DIY yang juga Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X di Keraton Kilen Ngayogyakarta Hadiningrat, Rabu (15/1/2025). Foto: Dok. Pemda DIY
zoom-in-whitePerbesar
Presiden ke-7 RI Joko Widodo bertemu Gubernur DIY yang juga Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X di Keraton Kilen Ngayogyakarta Hadiningrat, Rabu (15/1/2025). Foto: Dok. Pemda DIY
ADVERTISEMENT
Pertemuan Presiden ke-7 RI Joko Widodo dengan Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Kilen Ngayogyakarta Hadiningrat, Rabu (15/1) masih hangat diperbincangkan. Terutama, motif batik yang dikenakan Sri Sultan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya motif batik yang dikenakan Ngarsa Dalem itu?
"Di foto itu Ngarsa Dalem (Sultan) memakai kain semacam kain sasirangan atau tie dye, bukan batik," kata Dicky Firmanto, selaku Caos Kagunan, Kawedanan Kridha Mardawa, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, kepada wartawan, Jumat (17/1)
Dicky mengatakan motif Sasirangan ini berasal dari Kalimantan dan bukan pakaian adat Yogyakarta. Waktu pemakaiannya pun tak ada yang khusus termasuk maknanya.
"Setahu saya tidak ada waktu khusus. Sasirangan itu berasal dari Kalimantan, Banjarmasin," katanya.
"Iya (pakaian formal biasa). Di acara kemarin bukan termasuk acara adat dan Ngarsa Dalem juga tidak memakai busana adat. Jadi setahu saya tidak ada ketentuan khusus untuk busana atau motifnya," bebernya.
Dicky mengatakan secara pribadi tak ada maksud tertentu dari pakaian yang dikenakan kedua tokoh tersebut.
ADVERTISEMENT
"Sepertinya sedang ramai di sosmed ya mas, banyak komentar yang menggiring opini, tapi saya secara pribadi, apa yang beliau-beliau pakai kemarin biasa saja tidak ada maksud tertentu," jelasnya.
Ketua Bidang Pengkajian, Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad, Hartanto, juga mengatakan yang dikenakan Sultan saat itu bukan batik Yogya.
"Itu nggak bisa diterjemahkan wong itu bukan bakti Yogya. Mboten (tidak bermakna khusus). Memang itu bukan budaya Jawa. Di sana (asalnya) mungkin (ada makna) tapi saya tidak tahu," kata Hartanto