Kericuhan Protes Tolak Reformasi Pensiun di Prancis: 457 Orang Ditangkap

24 Maret 2023 16:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pengunjuk rasa berdiri di samping wadah limbah yang terbakar saat unjuk rasa di Nantes, Prancis barat. Foto: Jeremias Gonzalez/AP PHOTO
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pengunjuk rasa berdiri di samping wadah limbah yang terbakar saat unjuk rasa di Nantes, Prancis barat. Foto: Jeremias Gonzalez/AP PHOTO
ADVERTISEMENT
Sebanyak 457 orang ditangkap dan 441 aparat keamanan luka-luka selama aksi mogok kerja massal diwarnai protes skala nasional berlangsung di Prancis.
ADVERTISEMENT
Demo ini bermaksud untuk menentang reformasi kenaikan usia pensiun yang dicetuskan oleh pemerintahan Presiden Emmanuel Macron —tetapi diwarnai provokasi dari kelompok anarkis.
Dikutip dari AFP, pernyataan tersebut disampaikan Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, pada Jumat (24/3).
Darmanin menuturkan, selain bentrok antara demonstran dan aparat keamanan, 903 kasus kebakaran juga dilaporkan terjadi di jalanan Kota Paris sejak serangkaian protes dimulai pada Januari 2023 lalu.
“Ada banyak demonstrasi dan beberapa di antaranya berubah menjadi kekerasan, terutama di Paris,” kata Darmanin.
Dia kemudian memberikan pujian kepada para aparat keamanan atas keberhasilannya melindungi lebih dari satu juta demonstran yang berhamburan di jalanan penjuru Prancis, sehingga tak ada korban jiwa yang dilaporkan sejauh ini.
Para pengunjuk rasa melindungi dengan payung saat mereka bentrok dengan polisi anti huru hara saat unjuk rasa di Nantes, Prancis barat. Foto: Jeremias Gonzalez/AP PHOTO
Lebih lanjut, pihak kepolisian memperingatkan bahwa terjadinya bentrokan dan kerusuhan dipicu oleh kelompok-kelompok anarkis yang menyusup ke dalam barisan demonstran damai di Paris — dan provokasi ini diperkirakan bisa terulang lagi.
ADVERTISEMENT
Para kelompok anarkis itu mengenakan penutup kepala seperti kerudung dan penutup wajah seperti masker, mereka tampak memecahkan jendela-jendela toko dan membakar tumpukan sampah yang tidak terangkut.
Aksi mogok massal dan protes skala nasional di Prancis telah berdampak pada berbagai sektor penting, yang sebagian besar pesertanya terdiri dari anggota serikat pekerja —termasuk petugas kebersihan.
Imbasnya, layanan transportasi, tenaga kerja di distribusi kilang minyak, ketersediaan bahan bakar, guru di sekolah-sekolah berkurang —hingga tumpukan sampah pun menodai jalanan indah Kota Paris lantaran para petugas kebersihan yang ikut mogok kerja.
Seorang wanita berjalan melewati sampah yang tidak terkumpul di Paris. Foto: Christophe Ena/AP PHOTO
Situasi di Prancis yang sedang kacau ini tidak menggoyahkan keinginan Raja Charles III dan Permaisuri Camilla untuk mengunjungi Paris, pada Minggu (26/3).
Pasangan bangsawan dari Inggris ini memiliki jadwal lawatan ke Prancis guna mengupayakan pemulihan hubungan yang memburuk antara kedua negara sejak insiden Brexit di tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, parlemen Prancis telah meloloskan RUU terkait reformasi pensiun —yang mana menaikkan batas usia pensiun bagi para pekerja menjadi dua tahun lebih lama, semula 62 kini menjadi 64 tahun.
Reformasi kontroversial tersebut kemudian mengundang amarah publik, bahkan sejak wacana perencanannya terdengar pada tahun lalu.
Ketika ditanya apakah ada kemungkinan RUU itu dibatalkan menyusul semakin meningkatnya ancaman kekerasan yang mengiringinya, Darmanin —mewakili pemerintahan Macron, enggan untuk mundur.
“Saya rasa kita tidak perlu menarik undang-undang ini karena kekerasan,” ungkap Darmanin.
“Jika demikian, itu berarti tidak ada negara. Kita harus menerima perdebatan yang demokratis dan sosial, bukan perdebatan dengan kekerasan,” sambung dia.