Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kerja Sama Teknologi Australia-Indonesia Jadi Solusi Atasi Limbah Plastik
29 Oktober 2024 20:12 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh dari inisiatif ini adalah Geo Trash Management (GTM), tim lulusan cohort pertama dari IPPIN, yang berhasil mengimplementasikan teknologi pirolisis dari Australia untuk mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Konselor CSIRO dan Direktur Southeast Asia, Amelia Fyfield, menyebut GTM sebagai salah satu contoh kolaborasi Australia-Indonesia dalam mengatasi persoalan limbah plastik.
“Mereka mendirikan pabrik yang akan mengubah sampah plastik menjadi BBM baru yang bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat setempat untuk perahu-perahunya,” ujar Amelia kepada media, Selasa (29/10).
kumparan merangkum informasi mengenai cara kerja GTM.
GTM memanfaatkan teknologi pirolisis yang awalnya diaplikasikan oleh Australia untuk mengatasi limbah plastik yang sulit didaur ulang. Teknologi ini mengubah limbah menjadi bahan bakar dan produk bernilai lainnya.
ADVERTISEMENT
Apa itu pirolisis?
Pirolisis adalah proses konversi termal bahan baku menjadi gas sintesis atau syngas, yang terjadi tanpa adanya oksigen. Proses ini dilakukan dalam beberapa tahap, antara lain:
1. Gasifikasi
Plastik padat, yang terbuat dari hidrokarbon rantai panjang, dipanaskan hingga suhu tinggi. Proses ini memecah plastik menjadi hidrokarbon rantai pendek.
2. Pendinginan
Setelah proses gasifikasi, gas yang dihasilkan didinginkan, sehingga mengubahnya menjadi bentuk cair, yaitu minyak kondensat.
3. Distilasi Fraksional
Minyak kondensat tersebut kemudian dimurnikan lebih lanjut melalui distilasi fraksional. Proses ini menghasilkan bahan bakar dan senyawa kimia lainnya.
4. Penggunaan Gas Sisa
Gas Hidrogen (H₂) dan Karbon Dioksida (CO₂) yang tersisa dari proses ini digunakan untuk pemanasan dan disirkulasikan kembali ke sistem pemanas pirolisis. Gas Hidrogen yang dihasilkan juga memiliki nilai kalori yang tinggi dan dapat digunakan sebagai sumber gas pemanas yang efisien.
ADVERTISEMENT
Pabrik GTM berlokasi di Lombok dan memiliki kapasitas 1 ton per hari. Dengan teknologi ini, GTM berkontribusi dalam mengurangi masalah limbah plastik, sekaligus menciptakan produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
IPPIN 2024
Hingga kini plastik masih menjadi masalah besar bagi lingkungan. Menurut data terbaru IPPIN, sekitar 80 persen dari limbah laut berasal dari sampah plastik, dengan total sekitar 12 juta ton plastik masuk ke lautan setiap tahunnya.
Hanya 9 persen dari semua sampah plastik yang pernah diproduksi yang berhasil didaur ulang. Sisanya berakhir di tempat pembuangan akhir, dibakar, atau mencemari lingkungan.
Tahun ini, Demo Day IPPIN diselenggarakan di Le Meridien Hotel, Jakarta, Selasa (29/10). Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams, turut hadir menyampaikan pentingnya kerja sama kedua negara dalam mengurangi limbah plastik.
ADVERTISEMENT
“Saya senang sekali bisa hadir hari ini untuk kerja sama Australia-Indonesia dalam mengurangi limbah plastik,” ujar Williams.
Delapan tim inovator mempresentasikan ide-ide mereka yang telah dikembangkan selama 13 minggu pelatihan intensif.
Beberapa inovasi yang dihadirkan mencakup praktik pengelolaan sampah jarak jauh, pemantauan sampah laut, hingga aplikasi digital seperti SampApp, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang krisis limbah.
Contoh lainnya, Repax menawarkan solusi kemasan yang dapat digunakan kembali untuk mengurangi limbah dari pengiriman e-commerce yang mencapai 11 juta pengiriman setiap hari.
Sementara itu, ada juga kelompok Solusi Sungai Resik yang menghadirkan sistem manajemen limbah yang lebih efisien di sungai dengan menginstal penghalang sampah untuk mengurangi polusi di lautan.
Kepentingan Ekonomi dan Lingkungan
ADVERTISEMENT
Dengan kegiatan seperti IPPIN, masyarakat diharapkan dapat mengembangkan solusi baru dan berkelanjutan yang dapat diimplementasikan secara luas.
ADVERTISEMENT
“Australia dan Indonesia memiliki kepentingan ekonomi dan lingkungan yang sama dalam mengatasi tantangan terkait polusi plastik,” tutur Williams dalam sambutannya.
Kedutaan Besar Australia bersama dengan CSIRO dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia pun berkomitmen untuk terus mendukung para inovator lokal.
“Aliran sampah plastik ke lautan Indonesia diproyeksikan akan meningkat 30 persen menjadi sekitar 800 ribu ton pada tahun 2025. Saya gembira melihat solusi bisnis yang berani dan tangguh untuk mengatasi masalah mendesak ini,” tutur Ketua Kemitraan Indonesia National Plastic Action Partnership, Wahid Supriyadi.
Dengan dukungan finansial hingga USD 100 ribu dari Australia, para inovator diharapkan dapat menerapkan solusi nyata yang dapat mengurangi kebocoran plastik ke lingkungan laut.