Kerusuhan di Prancis Mulai Mereda pada Hari ke-6

3 Juli 2023 17:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah polisi berjaga dan mengamankan kerusuhan kerusuhan di Nanterre, Prancis, Minggu (2/7/2023). Foto: Nacho Doce/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah polisi berjaga dan mengamankan kerusuhan kerusuhan di Nanterre, Prancis, Minggu (2/7/2023). Foto: Nacho Doce/Reuters
ADVERTISEMENT
Kerusuhan yang berlangsung di sejumlah kota di Prancis dilaporkan mulai mereda pada Senin (3/7). Selama enam hari berturut-turut, beberapa kota di pinggiran Ibu Kota Paris dilanda ketegangan serius.
ADVERTISEMENT
Mulai kondusifnya situasi ditandai oleh menurunnya jumlah warga yang ditangkap oleh aparat keamanan Prancis.
Dikutip dari Reuters, Kementerian Dalam Negeri Prancis mengatakan, dalam semalam kurang dari 160 orang ditangkap dalam aksi protes atas kematian Nahel M yang ditembak mati oleh polisi pada Selasa (27/6) pekan lalu. Nahel adalah remaja keturuna Arab-Afrika Utara.
"157 orang ditangkap dalam semalam, turun dari lebih dari 700 penangkapan pada malam sebelumnya dan lebih dari 1.300 orang pada Jumat malam," ujar Kementerian Dalam Negeri Prancis.
Ketenangan ini terjadi sehari setelah nenek Nahel berbicara kepada media lokal BFMTV, mengimbau agar para demonstran untuk berhenti melakukan kerusuhan.
"Mereka seharusnya tidak merusak sekolah, tidak merusak bus, para ibu-ibu yang naik bus," ungkap sang nenek yang diidentifikasi bernama Nadia itu, seperti dikutip dari CNN.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, kematian Nahel — remaja berusia 17 tahun asal Aljazair dan termasuk salah satu golongan minoritas di Prancis ini, telah menuai kecaman soal meluasnya rasisme di negara itu.
Menurut para demonstran dan kelompok penegak hak asasi manusia, kematian Nahel melambangkan sikap diskriminasi, kekerasan polisi, dan rasisme yang sudah mengakar di dalam lembaga hukum Prancis.
Orang-orang mengikuti pawai sebagai penghormatan kepada Nahel, seorang remaja berusia 17 tahun yang dibunuh oleh seorang polisi Prancis, di Nanterre, pinggiran kota Paris, Prancis, 29 Juni 2023. Foto: Sarah Meyssonnier/REUTERS
Sikap diskriminasi tersebut juga ditunjukkan oleh aparat kepada golongan minoritas yang berpendapatan rendah dan tinggal di pinggiran kota-kota besar Prancis.
Pada hari ketika Nahel tewas ditembak lantaran enggan menghentikan mobilnya ketika diperintahkan polisi, para demonstran langsung menggelar aksi protes di berbagai tempat.
Amarah warga paling terlihat di Kota Nanterre — lokasi di mana Nahel ditembak. Warga membakar mobil, menjarah toko-toko, balai kota, hingga menargetkan serangan ke gedung pejabat seperti kediaman Wali Kota l'Hay-les-Roses, Vincent Jeanbrun.
ADVERTISEMENT
Kementerian Dalam Negeri Prancis menambahkan tiga dari 45 ribu personel yang dikerahkan untuk meredam kekacauan mengalami luka-luka dalam semalam. Menurut angka sementara, sekitar 350 bangunan dan 300 kendaraan telah rusak.