Kesaksian Ayah Korban Tragedi Kanjuruhan: Tak Ada Luka Benda Tumpul

24 Januari 2023 17:39 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keluarga korban, Devi Athok, menunjukkan bukti foto kondisi jenazah kedua putrinya yakni Natasya Deby Ramadhani (16) dan Nayla Deby Anggraeni (13) saat hadir di persidangan kasus tragedi Kanjuruhan di PN Surabaya, Selasa (24/1/2023). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga korban, Devi Athok, menunjukkan bukti foto kondisi jenazah kedua putrinya yakni Natasya Deby Ramadhani (16) dan Nayla Deby Anggraeni (13) saat hadir di persidangan kasus tragedi Kanjuruhan di PN Surabaya, Selasa (24/1/2023). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
ADVERTISEMENT
Keluarga korban tragedi Kanjuruhan, Devi Athok, dihadirkan dalam sidang lanjutan sebagai saksi terhadap dua anaknya yang meninggal yakni Natasya Deby Ramadhani (16) dan Nayla Deby Anggraeni (13).
ADVERTISEMENT
Dalam sidang yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Devi memaparkan hasil autopsi yang sebelumnya dia ajukan ke Polda Jawa Timur. Saat pengajuan itu, dia mengaku sempat didatangi polisi dan meminta Devi membatalkan pengajuan autopsi.
Awalnya Devi Athok sempat ditanya Majelis Hakim apakah sempat mendapat perhatian dari pemerintah ataupun pihak-pihak lainnya.
"Dapat [santunan] dari Pak Jokowi waktu di RSSA, saat Pak Jokowi bilang apa yang diharapkan, saya bilang ke Pak Jokowi 'tolong oknum-oknum yang membunuh (anak) saya dihukum', Pak Jokowi jawab 'iya'. Sampai sekarang amplop masih utuh, saya tidak butuh donasi tapi butuh keadilan," ucap Devi saat persidangan di PN Surabaya, Selasa (24/1).
Saat tragedi yang menewaskan 135 korban jiwa itu, dua putri dan mantan istrinya tengah menonton pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya di tribun berdiri gate 13 Stadion Kanjuruhan.
ADVERTISEMENT
Devi pertama kali melihat jenazah dua putri dan mantan istrinya di RS Wava Husada, Kabupaten Malang.
"Saya melihat anak pertama saya itu kondisi mukanya hitam, keluar busa. Anak kedua saya keluar busa sampai saya sedot bau amonia," ucapnya.
Saat menyampaikan, Devi yakin penyebab meninggalnya kedua putrinya itu karena tembakan gas air mata.
Sebab, para korban mengalami kondisi yang sama seperti dua putrinya, yaitu wajah yang membiru dan keluar cairan busa dari hidung serta mulut.
Akses keluar menuju pintu 13 di Stadion Kanjuruhan Foto: Abdul Latif/kumparan
Dia juga menegaskan, tidak menemukan luka akibat pukulan benda tumpul ataupun diinjak-injak yang menyebabkan dua putrinya meninggal.
"Saya ikut memandikan dua jenazah putri sama kakak dan ibu saya, dari ujung rambut sama kuku tidak ada luka lebam sekalipun. Saya demi Allah. Busa terus keluar dari mulut, dan keluar bau amonia," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Dia mengaku, saat mencari jenazah kedua anaknya di RS Wava Husada hampir tak mengenalnya karena perbedaan kondisi wajah. Begitupun dengan jenazah lainnya.
Devi baru mengenali putrinya itu saat melihat baju yang mereka pakai. Dua putrinya masing-masing memakai jersey Arema FC berwarna putih dan biru.
"Wajahnya sudah berubah enggak mengenali," jelasnya.
Usai tragedi, Devi Athok bertekad mencari keadilan penyebab kematian dua putrinya. Ia memilih cara autopsi jenazah putrinya agar membuktikan penyebab kematian.
Akui Sempat Didatangi Polisi
Pada saat ingin pengajuan autopsi, Devi Athok menemui jalan terjal berupa ancaman hingga teror.
"Didatangi polisi di rumah selama tiga hari, minta agar pernyataan untuk autopsi dicabut," katanya.
Namun, Devi Athok tak pantang menyerah dengan tetap mengajukan proses autopsi kepada dua putrinya itu.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, dia dibuat kecewa dengan hasil autopsi yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) Jatim.
Karena, PDFI Jawa Timur mengumumkan bahwa kematian dua putrinya akibat pukulan dari benda tumpul.
"Saya tidak percaya hasil autopsi itu, padahal tidak ada luka lebam di sekujur tubuh dua anak saya," tandasnya.