Kesaksian Dubes AS di Sidang Pemakzulan Perkuat Tuduhan Terhadap Trump

21 November 2019 10:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gordon Sondland. Foto: AFP/Olivier Douliery
zoom-in-whitePerbesar
Gordon Sondland. Foto: AFP/Olivier Douliery
ADVERTISEMENT
Pernyataan saksi dalam kelanjutan sidang pemakzulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperkuat tuduhan adanya pelanggaran. Saksi mengatakan, Trump memang benar menuntut imbalan kepada Ukraina untuk penyelidikan terhadap putra Joe Biden.
ADVERTISEMENT
Diberitakan AFP, saksi pada sidang Rabu waktu setempat (20/11) adalah Gordon Sondland, Duta Besar AS untuk Uni Eropa. Dia mengatakan, Trump memang secara tidak langsung menyuruhnya mendesak Ukraina melakukan apa yang dia minta.
Perintah ini, kata Sondland, disampaikan melalui Rudy Giuliani, pengacara pribadi Trump. "Perintah Giuliani mencerminkan keinginan Presiden Trump," kata Sondland.
Lebih lanjut Sondland mengatakan ada "quid pro quo" antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Quid pro quo adalah bahasa latin yang artinya "sesuatu untuk sesuatu", atau imbalan atas jasa.
Gordon Sondland. Foto: AFP/Olivier Douliery
Dalam hal ini, kata Sondland, pemerintah AS menawari Zelensky berkunjung ke Gedung Putih di Washington sebagai imbalan atas dibukanya kembali penyelidikan kasus perusahaan minyak Burisma.
Trump menuding Biden ketika menjadi wakil presiden AS mendesak Ukraina memecat jaksa agung yang menyelidiki dugaan pengemplangan pajak Burisma. Putra Biden, Hunter, jadi anggota dewan komisaris di perusahaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Penyelidikan ini diduga untuk menjegal Biden yang akan maju jadi penantang Trump pada pemilu presiden 2020.
"Giuliani meminta Ukraina membuat pernyataan publik mengumumkan penyelidikan server pemilu 2016 dan Burisma. Permintaan Giuliani ini adalah quid pro quo untuk kunjungan Presiden Zelensky ke Gedung Putih," kata Sondland.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump Foto: AFP/Nicholas Kamm
Sondland menyebut seluruh permintaan Trump tercatat sebagai tugas diplomatik biasa, bukan misi rahasia. Bahkan pengusaha perhotelan yang menyumbang USD 1 juta untuk pelantikan Trump ini mengatakan Wakil Presiden Mike Pence dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo juga mengetahuinya.
Kasus ini terbongkar dari bocoran whistleblower yang menyebut Trump menelepon Zelensky pada Juli lalu. Trump dituduh menahan dana bantuan militer untuk Ukraina sebesar USD 391 juta sebelum Zelensky membuka penyelidikan Burisma.
ADVERTISEMENT
Namun Sondland mengaku tidak mengetahui soal penahanan dana tersebut, berbeda dengan pengakuan dua diplomat AS lain sebelumnya.
"Saya tidak pernah mendengar dari Presiden Trump bahwa dana bantuan itu dikondisikan untuk pengumuman (penyelidikan Burisma)," kata Sondland.
Trump berkata pengakuan Sondland membuktikan tuduhan terhadap dirinya salah. Sebelumnya dia selalu membantah memeras Zelensky untuk penyelidikan Burisma. Bahkan Trump mengaku berbincang dengan Sondland untuk tidak meminta quid pro quo kepada Ukraina.
"Saya tidak ingin apa-apa. Saya tidak ingin quid pro quo. Katakan kepada Zelensky untuk melakukan hal yang benar," kata Trump menirukan ucapannya sendiri kepada Sondland.
Menurut Ketua Komite Sidang Pemakzulan Trump, Adam Schiff, kesaksian Sondland justru salah satu bukti paling signifikan hingga saat ini. Quid pro quo jadi bukti adanya penyuapan, salah satu pelanggaran yang bisa membuat presiden dimakzulkan.
ADVERTISEMENT
"Pengakuannya sangat sesuai dengan isu penyuapan dan potensi kriminal berat dan pelanggaran lainnya, kata Schiff.
Biden, sementara itu, tidak ingin mengomentari kesaksian Sondland. Dia hanya mengatakan bahwa "Donald Trump tidak ingin saya jadi calon presiden."
Bernie Sanders, kandidat calon presiden AS lainnya, berkata kesaksian itu menunjukkan bahwa Trump "tidak hanya pembohong, tapi juga presiden paling korup dalam sejarah modern Amerika".