Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Sengsara dan tak diperlakukan manusiawi, seperti itulah gambaran perlakuan kelompok Abu Sayyaf kepada 4 WNI yang disandera selama setahun lebih.
ADVERTISEMENT
Semasa dalam penyanderaan, Arizal Kasta Miran (30) mengatakan banyak perlakuan tidak manusiawi yang ia dapati bersama tiga WNI lainnya.
Saat itu, Arizal mengatakan Abu Sayyaf tak memberi mereka makan dengan layak. Bahkan dia mengakui Abu Sayyaf kerap mengancam nyawanya dan rekan-rekan.
"Yang jelas sih kesehariannya sengsara di sana, kadang kita enggak makan dua hari tiga hari enggak makan. Takut kena bom atau apa, emang sengsara betul lah kehidupan di sana. Kehidupan enggak kejamin, takut kenapa kenapa kita di sana," ujar Arizal kepada wartawan, Senin (5/4).
Selain beberapa perlakuan buruk, kata Arizal, dia dan kawannya juga turut diingatkan akan ancaman beberapa teritori wilayah yang jadi lokasi jajahan Abu Sayyaf.
Pernah pula Abu Sayyaf memperingatkan Arizal agar dia dan nelayan lain tak lagi mengarahkan kapal mereka ke wilayah perairan Tambisan di Sabah, Malaysia.
ADVERTISEMENT
"Enggak ada juga, cuman mereka sempat titip pesan ke kami diberitahukan ke kawan nelayan semua di Sabah Malaysia ya enggak usah melaut lagi di Tambisan, begitu. Karena akses buat masuk ke situ mereka mudah katanya. Itu disampaikan personel Abu Sayyaf sendiri," ungkap Arizal.
Selain Arizal, 3 WNI lain yang diculik kelompok Abu Sayyaf di antaranya yakni Arsad Bin Dahlan, (41), Andi Riswanto (26), dan Khairuldin Bin Yai Kii (15). Mereka merupakan warga Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Keempat WNI itu diculik pada awal 2020. Mereka baru bebas pada Maret 2021 dalam operasi pembebasan yang dilakukan militer Filipina. Pada Senin (5/4/20201) Menlu Retno Marsudi telah menyerahkan keempat nelayan itu ke keluarga masing-masing.
ADVERTISEMENT