Kesaksian Mahasiswi Unud Korban Konten Porno Deepfake: Syok, Trauma

25 April 2025 18:33 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan korban pelecehan seksual.  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan korban pelecehan seksual. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (FEB Unud) berinisial SLKDP diduga melakukan pelecehan seksual dengan membuat konten porno "deepfake".
ADVERTISEMENT
Sebanyak 35 orang, diduga mahasiswi Unud, telah melaporkan kasus ini ke pihak rektorat.
"Beberapa korban saat pertama kali mengetahui hal ini syok dan menghapus foto di Instagram bahkan sampai deactivate dan masih banyak korban yang belum berani speak up," kata salah satu korban, saat dihubungi kumparan, Jumat (25/4).

Terungkap dari Mantan Pacar Pelaku

Kasus ini terungkap pertama kali pada Kamis (13/3) sekitar pukul 21.00 WITA. Sejumlah korban menerima pesan dari mantan pacar pelaku melalui media sosial. Isi pesan itu adalah tangkapan layar foto para korban tanpa busana di ponsel pelaku.
Setiap foto dilengkapi dengan nama dan kode. Foto-foto itu diduga diedit menggunakan bot yang berbasis artificial intelligence (AI) di Telegram.
ADVERTISEMENT
"Foto-foto yang awalnya bersifat wajar dan umum di media sosial, diambil tanpa izin, lalu diedit secara digital sehingga tampak seolah-olah kami dalam kondisi tanpa busana atau telanjang," sambungnya.

Tiap Foto Ada Barcode, Curiga Dijual

Ilustrasi perempuan korban pelecehan seksual deepfake. Foto: Shutterstock
Mantan pelaku juga mengirimkan tangkapan layar sebuah barcode transaksi pembayaran. Belum diketahui apakah kode barcode itu berkaitan dengan transaksi jual beli foto-foto korban.
Perwakilan korban bertemu dengan pelaku di sebuah kafe pada Jumat (14/3) pukul 20.30 WITA. Pelaku didampingi pengacara. Pelaku minta maaf dan siap bertanggung jawab atas segala konsekuensi perbuatannya.

Pelaku Bantah Jual Foto, Korban Tak Percaya

Dalam pertemuan itu, pelaku mengaku mengedit foto korban demi memenuhi kebutuhan pribadi. Pelaku membantah menjual foto-foto para korban ke orang lain.
ADVERTISEMENT
"Kata pelaku barcode itu kebetulan ikut ter-SS (screenshot atau tangkapan layar) barcode itu. Biar belum ada kepastian memperjualbelikan, kami pertanyakan mengapa harus setiap foto diberi nama dan kode apabila memang konsumsi pribadi?" katanya.
Kondisi psikologis para korban ternyata semakin kalut setelah bertemu dengan pelaku. Korban ini mengaku diliputi rasa ketakutan dan gelisah saat beraktivitas ke luar rumah akibat konten porno deepfake itu.

Pelaku Berkeliaran Terus di Kampus

Di sisi lain, para korban sering melihat pelaku beraktivitas normal di kampus. Para korban akhirnya memutuskan melaporkan kasus ini ke pihak kampus.
"Pada akhirnya saya pikir kenapa saya yang takut? Kan saya korban. Jadi, saya dan korban lain sepakat melaporkan hal ini ke kampus," katanya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil penelusuran korban ini, para korban sebagian besar berasal dari fakultas yang sama dengan pelaku. Ada juga korban dari fakultas lain. Berdasarkan informasi yang dihimpun, lebih dari 35 orang yang menjadi korban konten porno deepfake pelaku.
Korban ini dan korban lainnya sedang berkoordinasi melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian atau menunggu sanksi yang diberikan pihak rektorat.