Keterlibatan China pada Kasus Penipuan Berkedok Perusahaan Investasi di Kamboja

29 Juli 2022 14:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Penipuan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Penipuan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Maraknya kasus penipuan lowongan kerja dengan iming-iming upah tinggi dan berujung penyekapan di Kamboja, ternyata melibatkan perusahaan China.
ADVERTISEMENT
Di Kamboja, perusahaan investasi palsu China yang melakukan penipuan berkedok crypto currency tersebar di berbagai wilayah, termasuk di Kota Sihanoukville, kota baru-baru ini sebanyak 53 WNI dilaporkan menjadi korban penipuan lalu disekap.
Korban tak hanya berasal dari kawasan Asia Tenggara, namun juga dari China itu sendiri. Mereka dipekerjakan secara paksa untuk menipu di dunia maya dan saat bekerja mereka kerap menerima kekerasan. Beberapa di antaranya bahkan diperjualbelikan ke perusahaan penipu lain seharga ribuan dolar.
Informasi ini dihimpun berdasarkan hasil penelusuran tim jurnalis Al Jazeera yang dimuat dalam film dokumenter berjudul Forced to Scam: Cambodia’s Cyber Slaves. Film dirilis pada Jumat (15/7/2022) pekan lalu.
“Ada ribuan orang di Kamboja yang dipaksa bekerja di kompleks hunian di mana perusahaan penipu beroperasi,” kata Kepala Misi Keadilan Internasional (IMJ) di Kamboja, Jake Sims.
ADVERTISEMENT
Pria dan wanita muda diperbudak, disiksa, dan dipaksa untuk menipu. Mereka tidak bisa melarikan diri, bahkan jikalau ketahuan, mereka akan disekap berhari-hari dan dipukuli dengan tongkat listrik.
“Mereka secara konsisten melaporkan bahwa ada penjaga dan penjaga bersenjata, mencegah mereka meninggalkan gedung. Kami tahu ada pengurungan, ada laporan orang dipukuli,” beber dia.
Para korban yang berasal dari China biasanya menemukan lowongan kerja di Kamboja melalui iklan di internet atau media sosial, seperti QQ dan WeChat. Mereka melamar untuk bekerja di posisi tertentu dan jika diterima, biaya transportasi dan administrasi lainnya sudah dibantu oleh perekrut.
Namun alih-alih tiba di tempat kerja yang mereka inginkan, mereka ditempatkan di kamp-kamp terisolir dari dunia luar.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi penyekapan. Foto: Shutter Stock
“Dia (perekrut) bilang saya hanya perlu menganalisis pasar sekuritas untuk klien. Gajinya akan lebih dari USD 1,500 (Rp 22 juta) sebulan. Saya pikir saya bisa bekerja selama dua bulan kemudian kembali ke China,” ungkap salah seorang korban yang berhasil melarikan diri, Lou (bukan nama asli).
Tetapi ketika Lou tiba, dia menemukan bahwa dia telah dijual ke sindikat penipuan. “Mereka bilang sudah membayar USD 12.000 (Rp 178 juta) dan sebelum saya bisa pergi, saya harus mengembalikannya,” imbuhnya.
Ia berada di kamp itu selama hampir 9 hari dan telah dijual ke 3 perusahaan penipu berbeda. Ia kemudian berhasil diselamatkan oleh polisi usai diam-diam melapor ke Gubernur Sihanoukville lewat media sosial.
ADVERTISEMENT
Salah satu korban yang disebut bernama Hong mengatakan, para korban harus menyerahkan paspornya dan menandatangani kontrak yang membuat mereka terikat.
“Dinyatakan bahwa jika saya bekerja di sana selama lebih dari setengah tahun, saya bisa pergi tanpa membayar 'denda' dan mereka akan menerbangkan saya pulang,” kata Hong. Namun, ia diperintahkan untuk menipu.
“Itu adalah penipuan lotere 'pig butchering', menargetkan orang-orang China,” ungkapnya.
Semua korban ini disekap di kompleks hunian tertutup di Kota Sihanoukville yang dapat ditempuh selama lima jam perjalanan dari ibu kota Phnom Penh.
Masuknya investasi China secara besar-besaran telah membuat kota di pesisir pantai ini berkembang, dari kota yang sepi menjadi kota metropolis kasino yang berbahaya di mana kejahatan terorganisir dan korupsi berkembang.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, Kota Sihanoukville telah menjadi pusat perdagangan manusia dan perbudakan. Orang-orang yang tertipu ditahan di gedung-gedung tertutup di luar keinginan mereka dan dipaksa untuk menipu orang lain lewat dunia maya.