Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ketika Anwar Ibrahim Temui Sahabatnya, BJ Habibie, di Indonesia
21 Mei 2018 8:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim berkunjung ke kediaman Presiden RI ke-3 BJ Habibie di Patra Kuningan, Jakarta, Minggu (20/5). Kedatangan Anwar tersebut sebenarnya dalam rangka memenuhi undangan BJ Habibie untuk memperingati 20 tahun reformasi Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Hari ini saya ke Jakarta atas undangan mantan Presiden Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, sempena (peringatan) sambutan ulang tahun ke-20 Reformasi Indonesia," kata Anwar yang datang bersama wakilnya, Shamsul Iskandar Mohd Akin di lokasi saat itu.
Tahun 1998, bukan hanya menjadi tahun keramat bagi Indonesia saja. Bagi Anwar, tahun keramat itu juga milik Malaysia karena pada tanggal 2 September 1998, rezim Barisan Nasional hancur.
Kedatangan Anwar langsung disambut hangat oleh Habibie. Keduanya memang dikenal dekat. Bahkan, Habibie pernah menemani Anwar saat berobat di Munchen, Jerman, pada 2004 silam.
Pembicaraan kedua sahabat itu pun mengalir. Awalnya, di ruang tamu, mereka membahas kondisi kesehatan Habibie yang beberapa waktu lalu sempat menurun. Di dalam ruangan itu, ada pula mantan aktivis mahasiswa serta politis Golkar Ricky Rachmadi, Thareq Habibie, Ilham Habibie, dan Rahmat Ismail.
Dari ruang tamu, mereka lalu beralih menuju ke ruang perpustakaan Habibie dan Ainun. Banyak hal yang keduanya bicarakan dalam ruangan andalan Habibie itu. Salah satunya adalah soal menjaga peradaban sebagai negara serumpun.
ADVERTISEMENT
"Dalam menghadapi globalisasi kita harus bisa kerja sama memperjuangkan bukan hanya kepentingan ekonomi dan budaya saja. Tapi yang kita perjuangkan adalah peradaban dari budaya, agama dan ilmu pengetahuan," ucap Habibie usai pertemuan.
Habibie juga bersyukur, meski berbeda namun Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, sebagai negara serumpun tidak pernah terlibat konflik. Tidak seperti negara-negara Eropa pada masanya.
Ia juga menyebutkan, memiliki cita-cita yang sama dengan sahabatnya itu. Mereka berdua sama-sama ingin berpihak terhadap rakyat.
“Cita-cita dia dan saya sama kita mau pro rakyat agar rakyat itu bisa terus kualitasnya peradabannya,” katanya.
Tak mau kalah, Anwar lalu angkat bicara dengan memuji Habibie sebagai sosok pemberani dalam menegakkan reformasi di Indonesia. Bahkan, ia menilai sahabatnya itu sebagai orang yang berhasil melakukan pembaharuan dalam waktu singkat.
ADVERTISEMENT
“Hanya sosok seseorang yang pemberani yang mampu dalam masa yang sesingkat itu melakukan pembaharuan sebanyak itu,” ucap Anwar.
"Ada badan kehakiman, media, tahanan politik, ekonomi, desentralisasi, semua itu dilakukan oleh beliau. Kemudian sekarang sudah diperbaiki," imbuhnya.
Sementara, untuk bisa menjalankan reformasi dengan baik, menurut Anwar ada dua hal yang perlu diperbaiki dari sebuah negara. Salah satunya adalah masalah korupsi yang semakin meningkat.
“Pertama korupsi yang dikatakan dibudidayakan itu mesti diberantas, tanpa pilih kasih. Keduanya kemiskinan, kesenjangan pembangunan ekonomi yang dipacu dengan begitu menakjubkan,” ujarnya.
Berbicara soal korupsi, Anwar pun sempat berkomentar tentang kasus yang menjegal mantan PM Najib Rajak. Ia mengaku sempat bertemu dengan Perdana Menteri Mahathir Mohammad untuk membahas kasus ini.
ADVERTISEMENT
“Pertama saya tegas dan saya bicara dengan Tuan Mahathir beberapa hari yang lalu, nah dia ikut jalur hukum. Jangan tekan,” ucap Anwar.
Ia juga menyebutkan, saat ini Najib tengah mencari pengacara yang bisa mendampinginya bertarung di meja hijau. Untuk masalah itu, Anwar menegaskan tidak akan ada intervensi dari pemerintah soal kasus itu.
“Najib sekarang ini cari pengacara yang baik coba pertahankan dirinya dalam ikut proses hukum dengan hakim dan kita beri jamin tidak seperti dia, Kita jamin hakim itu bebas. Itu yang pertama,” katanya lagi.