Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Ketika Barat Ramai-ramai 'Serang' Rusia di KTT G20 di Bali
16 November 2022 18:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
G20 merupakan forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa. UE sendiri adalah organisasi antarpemerintah beranggotakan 27 negara termasuk Belgia, Denmark, Jerman, Finlandia, Prancis, Italia, Belanda, Spanyol, dan Swedia.
Sejak hari pertama perhelatan tersebut, Uni Eropa menyerukan agar negara-negara anggota mendorong akhir perang di Ukraina.
"Kita harus mengakhiri perang ini," tegas Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dalam sesi pertama KTT G20 di The Apurva Kempinski, dikutip dari rilis pers Uni Eropa, Selasa (15/11).
"Seperti banyak orang yang duduk di meja ini, UE mengutuk perang ini," lanjut dia.
Gelaran itu berjalan dengan latar belakang kecamuk pertempuran di Ukraina. Rusia bahkan mengumumkan aneksasi empat wilayah Ukraina pada 30 September. Ketegangan pun menyentuh titik tertinggi dalam beberapa dekade terakhir antara Rusia dan Barat.
Menjelang KTT G20, sejumlah negara lantas lantang mengecam keterlibatan Rusia. Barat menuduh, invasi Rusia ke Ukraina adalah dalang dari krisis yang menggerogoti dunia saat ini.
ADVERTISEMENT
"Perang Rusia tidak hanya tidak dapat dibenarkan, tidak beralasan dan ilegal, tetapi juga menyebabkan penderitaan besar di Ukraina dan kerusakan pada ekonomi global," jelas von der Leyen.
"Kami melihat secara harfiah, bahwa Rusia–daripada menjual gas–lebih mengobarkan gas," tambah dia.
Pernyataan serupa muncul dari Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak. Dalam sesi yang sama, dia menggambarkan 'operasi militer khusus' itu sebagai perang yang 'barbar'. Sunak kemudian mengkritik Presiden Rusia, Vladimir Putin. Sebab, dia tidak hadir pada KTT G20.
"Satu perbedaan besar yang bisa dilakukan seseorang adalah bagi Rusia untuk meninggalkan Ukraina dan menghentikan perang yang berbar ini," tutur Sunak, dikutip dari BBC.
"Mungkin kalau dia hadir, kita dapat mulai menyelesaikan berbagai hal," sambung dia.
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, turut memanfaatkan KTT untuk mendorong penerapan batas harga atas minyak dan gas Rusia.
ADVERTISEMENT
Washington meyakini, batas harga membantu menstabilkan ekonomi global. Barat meminta negara anggota bekerja sama mengatasi konsekuensi dari perang, terutama krisis pangan dan energi.
"Ini semua menunjukkan betapa relevannya G20 dalam menangani isu-isu global tersebut," sambung von der Leyen.
Rancangan G20 Bali Leaders' Declaration 2022 pun menyatakan, kebanyakan negara anggota mengecam keras perang di Ukraina. Sebab, peristiwa itu dinilai memperburuk kerapuhan dalam ekonomi global.
"Kebanyakan anggota mengutuk keras perang di Ukraina dan menekankan perang ini menyebabkan penderitaan manusia yang mendalam dan memperburuk kerentanan ekonomi global—menghambat pertumbuhan, meningkatkan inflasi, mengganggu rantai pasokan, meninggikan insecurity energi dan pangan, dan melambungkan risiko stabilitas finansial," tulis deklarasi tersebut.
Rancangan itu mengungkap adanya perbedaan pandangan antara negara-negara anggota G20. Rancangan yang belum diadopsi tersebut mengakui bahwa G20 bukanlah forum untuk menyelsaikan isu keamanan. Walau begitu, pihaknya menekankan bahwa masalah keamanan mengantarkan konsekuensi signifikan bagi ekonomi global pula.
ADVERTISEMENT
"Ada pandangan lain dan penilaian berbeda tentang situasi dan sanksi," imbuh deklarasi itu.
Sebagai pemegang presidensi ke-17, Indonesia menggelar KTT G20 di Nusa Dua, Bali pada 15-16 November. Para kepala negara atau pemerintahan menghadiri pertemuan ini.
Sejak mengambil alih presidensi G20 pada akhir 2021, pemerintah menggelar ratusan pertemuan di 24 kota di seluruh Indonesia. Rangkaian agenda ini meliputi pertemuan tingkat menteri, pimpinan, deputi, working groups, dan engagement groups.
Sepanjang presidensi, Indonesia berusaha menjaga forum internasional tersebut bersatu. Pemerintah menolak tekanan Barat untuk mengecualikan Rusia dari KTT maupun mengusirnya dari G20.
Presiden RI, Joko Widodo, justru mengundang Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, untuk hadir di KTT G20. Jokowi juga tetap menyerahkan surat undangan kepada Putin. Kendati demikian, baik Zelensky maupun Putin tidak menghadiri pertemuan itu di Bali.
ADVERTISEMENT