Ketika Perang dan Corona Buat Idul Adha di Libya Begitu Muram

31 Juli 2020 13:38 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pasar hewan kurban di Kota Tripoli, Libya, Selasa (28/7). Foto: Mahmud TURKIA / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pasar hewan kurban di Kota Tripoli, Libya, Selasa (28/7). Foto: Mahmud TURKIA / AFP
ADVERTISEMENT
Hancur akibat konflik, diperparah pandemi virus corona, Idul Adha tahun ini begitu muram di Libya.
ADVERTISEMENT
Potret tersebut terlihat di pasar hewan kurban di pinggiran ibu kota Libya Tripoli, Tajoura.
Suara kambing dan domba begitu nyaring terdengar di sepanjang wilayah gurun, lokasi pasar hewan kurban berada. Namun, hanya sedikit pembeli yang nampak.
Suasana pasar hewan kurban di Kota Tripoli, Libya, Selasa (28/7). Foto: Mahmud TURKIA / AFP
Salah seorang pedagang hewan kurban di Libya, Suleiman Ertel menceritakan betapa getirnya situasi di pasar jelang Idul Adha.
"Biasanya, sehari sebelum Idul Adha, warga warga berbondong-bondong membeli domba," kata Ertel seperti dikutip dari AFP.
Tahun ini, penjualan bukan cuma merosot. Tapi hampir tak ada hewan yang terjual.
Ertel menilai pandemi virus corona membuat warga takut ke pasar. Tingginya harga hewan semakin memperburuk keadaan.
"Sekarang semua serba mahal. Pakan ternak naik dua kali lipat, harga transport antar kota juga naik, ini karena situasi tidak aman," sebut Ertel.
Suasana pasar hewan kurban di Kota Tripoli, Libya, Selasa (28/7). Foto: Mahmud TURKIA / AFP
"Keadaan ini sangat menyedihkan," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Pedagang sedih, pembeli pun kelimpungan. Warga lokal Libya mengaku sudah tidak mampu membeli hewan kurban.
Ahmed Al-Fallah mengatakan, dia sudah tiga hari mencari kambing atau domba yang harganya terjangkau. Menurutnya, walau kondisi sulit tapi berkurban di hari Idul Adha adalah tradisi keluarga yang wajib dilestarikan.
"Saya cuma bisa tanya harga, tapi tak mampu beli," kata Ahmed.
"Saya tidak punya uang cukup. Saya akan pulang ke rumah dulu, coba pinjam ke kerabat," sambung dia.
Saat ini, rata-rata harga domba di Libya sebesar 1.200-1.400 Dinar setara Rp 12 juta sampai 15 juta. Bagi warga Libya, harga itu sangat mahal.
Selain mahal, bank di Libya tidak mengizinkan warga menarik uang tunai melebihi 1.000 Dinar atau Rp 10 juta.
ADVERTISEMENT
"Jelang Idul Adha, bank-bank di Libya membatasi penarikan uang tunai sebesar 1.000 Dinar per hari," sebut pembeli hewan kurban lainnya, Mohamad Kecher.
"Kami ragu, apakah uang itu kami belanjakan membeli hewan kurban atau untuk pengeluaran belanja sehari-hari," sambung Kecher.

Hancur karena Perang dan Pandemi Virus Corona

Kerusakan usai penembakan di bandara Mitiga Tripoli, Libya. Foto: REUTERS/Ismail Zitouny
Libya sejak 2011 jatuh ke dalam krisis ekonomi, kemanusiaan, dan politik. Semua bermula ketika pemimpin Libya Muammar Khadafi terbunuh.
Pemerintah Libya yang dipimpin kelompok Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA), beberapa bulan terakhir terus dikepung pemberontak pimpinan Jenderal Khalifa Haftar.
Perang saudara yang melibatkan pihak asing bukan cuma merenggut nyawa warga sipil, perekonomian Libya juga hancur berantakan.
Kondisi pertempuran merebut kota penting di Tripoli Selatan, Libya. Foto: REUTERS/Yosri al-Jamal
Situasi perang membuat Libya kekurangan air dan pasokan listrik. Bahan makanan pun tak bisa disimpan lama-lama.
ADVERTISEMENT
Situasi diperburuk pandemi virus corona yang membuat harga minyak global tertekan. Perekonomian Libya sebagian besar bergantung pada minyak.
Pandemi virus corona membuat pemerintah terpaksa memberlakukan lockdown.
Dalam beberapa pekan terakhir, angka kasus baru selalu di atas 100. Per Jumat (31/7) terdapat 3.017 kasus di Libya, sebanyak 67 di antaranya meninggal dunia.
Kondisi Libya diprediksi semakin memburuk. Sebab, karena perang Libya tidak punya fasilitas kesehatan yang memadai untuk mengendalikan virus corona.