Ketinggalan Zaman dan Kumuh, Pelabuhan Muara Baru Kini Mulai Dipoles

9 Januari 2017 10:13 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tempat pelelangan ikan. (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tempat pelelangan ikan. (Foto: kumparan)
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai merevitalisasi Pelabuhan Muara Baru. Pelabuhan yang sering disebut pelabuhan perikanan Samudra Nizam Zachman itu terletak di kelurahan Penjaringan, kecamatan penjaringan, Jakarta Utara.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan KKP, Pelabuhan Muara Baru dapat menampung kapal dengan bobot hingga 50 ton. Pelabuhan ini juga melayani kapal penangkap dan kapal pengangkut ikan dalam skala perdagangan internasional.
Di Pelabuhan Muara baru fasilitas yang ada cukup terbatas dan dianggap sudah ketinggalan zaman. Misalnya fasiltas pelabuhan, fasilitas umum, fasilitas pemrosesan ikan, dan pabrik es. Mengapa demikian?
Sejatinya, nama Pelabuhan Muara Baru sendiri sebelumnya bernama Pelabuhan Muara Karang. Pelabuhan ini ditutup pada 1980 yang kemudian diupgrade dan naik kelas menjadi pelabuhan perikanan samudera. Namanya pun lantas berganti menjadi Pelabuhan Perikanan Muara Baru.
Kondisi kapal-kapal di Muara Baru. (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi kapal-kapal di Muara Baru. (Foto: kumparan)
"Muara Baru kan dibangun semenjak awal 80-an. Kemudian master plan-design rencana penggunaannya dibantu tenaga ahli dari Jepang," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Penguatan Daya Saing KKP Nilanto Perbowo kepada kumparan, Senin (9/1).
ADVERTISEMENT
Setelah itu pada 17 Juli 1985 Presiden Soeharto memberi nama Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) dengan nama internasionalnya Jakarta Fishing Port. Lalu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengganti nama menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman.
"Seiring perkembangan zaman dan keterbatasan dana saat itu karena perikanan belum menjadi perhatian. Sekarang saatnya sarana dan prasarana di Muara Baru kita perbaiki kembali. Tempat yang paling pas untuk membuat pasar ikan modern seberkualitas itu ya yang paling memadai di Muara Baru," tambahnya.
Perum Perikanan Indonesia (Perindo) mencatat secara total pelabuhan ini memiliki luas 100 hektar. Setiap hari ada 600 kapal ikan yang datang dari Barat dan Timur Indonesia. Ikan yang masuk dan bongkar muat di pelabuhan ini juga beragam jenisnya mulai dari tuna, kerapu hingga jenis ikan kembung, bawal dan cumi.
ADVERTISEMENT
Tempat lelang ikan di Muara Baru (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tempat lelang ikan di Muara Baru (Foto: kumparan)
"Perum Perindo menyambut baik rencana KKP untuk ikut membenahi Pelabuhan Nizam Zachman Muara Baru dalam membuat pasar ikan yang seperti Tsukiji Market," timpal Corporate Secretary Perum Perindo Agung Pamujo.
Agus mengatakan rata-rata total transaksi perdagangan ikan di Pelabuhan Muara Baru mencapai Rp 50 miliar/hari. Namun sejak dibangun 1984, revitalisasi Muara Baru dianggap belum maksimal. Sehingga pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia ini jauh dari kata modern.
"Karena kami merasa sejak dibangun tahun 1984 memang pembangunan masih belum sepenuhnya maksimal. Selain masih ada fasilitas yang kurang dan kedua sudah ada tapi kurang optimal (misalnya pasar ikan itu)," tambahnya.
Ikan-ikan di Muara Baru (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan-ikan di Muara Baru (Foto: kumparan)
Dengan adanya rencana pembangunan dan revitalisasi pelabuhan, Agung berharap wajah Pelabuhan Nizam Zachman Muara Baru berubah. Tentunya menjadi pelabuhan yang lebih modern dan bersih tidak lagi kumuh seperti penilaian banyak orang.
ADVERTISEMENT
"Kita saat ini mempunyai pasar ikan dengan total hampir 1.000 lapak di depan tapi memang kondisinya sudah kurang memadai untuk mencerminkan wajah perikanan Indonesia. Kenapa? Karena perikanan Indonesia ini kan KKP saat ini ingin membangun National Fishery Center di Muara Baru ini," jelasnya.