Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
ADVERTISEMENT
Banjir masih menggenangi wilaya Cipinang Melayu, Jakarta Timur. Meski demikian, beberapa warga terlihat sudah mulai membersihkan rumahnya dari genangan air dan lumpur.
ADVERTISEMENT
Sementara, sejumlah warga masih bertahan di pengungsian.
Pantauan kumparan, banjir masih menggenangi RT 5/RW 4, Cipinang Melayu, dengan ketinggian sekitar 100 sentimeter. Aliran listrik di lokasi ini juga masih dimatikan.
"Rumah saya masih banjir parah, rumah anak yang biasa enggak banjir juga banjir, jadi kami mengontrak sementara," kata salah seorang warga RT 05, Sumiati, di lokasi, Kamis (2/1).
Sumiati bersama keluarganya memilih mengontrak rumah di wilayah yang tak kebanjiran seharga Rp 800 ribu untuk sebulan daripada mengungsi di Universitas Borobudur.
"Karena saya punya bayi dan anak kecil jadi kasihan kalau di pengungsian," kata Sumiati.
Sementara itu, warga lain, Budiman Daud (89), menjelaskan banjir kali ini terparah sejak 2002. Ia yang telah lama tinggal di Cipinang Melayu sejak 1992 itu prihatin dengan kondisi ini
ADVERTISEMENT
"Banjir kali ini banjir terparah, separah banjir tahun 2002, bahkan ini lebih tinggi," kata Daud.
Banjir di kawasan Cipinang Melayu terjadi akibat hujan deras sejak malam pergantian tahun baru, Selasa (31/12/2019). Di beberapa titik, banjir setinggi atap rumah atau 1,5-2 meter, sehingga warga harus dievakuasi.
Banjir di Cipinang Melayu ini juga menelan korban jiwa. Sebanyak 3 warga dilaporkan meninggal dunia akibat hipotermia. Berikut daftarnya: