Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ketua BEM KM UGM Beberkan Sederet Fitnah dan Intimidasi yang Dialaminya
21 Desember 2023 13:16 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Nama Ketua BEM KM UGM Gielbran Muhammad Noor tengah jadi perbincangan publik. Dia bersama organisasinya konsisten mengkritisi pemerintahan selama satu tahun ini.
ADVERTISEMENT
Gielbran pun mengaku intimidasi dan fitnah kerap menimpa dirinya dan keluarga.
1. Ortu Disebut Caleg PKS
Fitnah pertama yang dialami Gielbran adalah tuduhan bahwa dirinya adalah kader parpol tertentu dan orang tuanya adalah caleg PKS.
"Isu-isu liar di luar sana seperti orang tua saya yang menjadi caleg partai politik, kemudian saya yang dianggap merupakan anggota partai politik dan agenda diskusi kemarin yang menjadi ajang titipan isu bagi entitas politik tertentu semuanya adalah tidak benar adanya," kata Gielbran di Kopi Lembah UGM, Kamis (21/12).
Gielbran mengatakan orang tuanya di Sragen adalah guru PNS.
"Perlu diketahui bapak ibu saya adalah guru di salah satu kota di Jawa Tengah dan statusnya sebagai PNS. Jadi tidak mungkin terafiliasi dengan partai, anggota partai atau bahkan ikut berkontestasi dalam pemilu 2024," tegasnya.
ADVERTISEMENT
2. IPK 2,2
Fitnah selanjutnya adalah Gielbran dituduh hanya memiliki IPK 2,2. Padahal, IPK Gielbran mencapai 3,68. Transkrip nilai miliknya pun Gielbran tunjukkan ke wartawan.
"Saya masih punya akun Simaster merupakan akun resmi dari kampus. Sehingga kalau ada isu saya di-DO ini ada buktinya kalau saya masih tercantum dalam mahasiswa UGM dan IPK saya 3,68," katanya.
3. Intimidasi oleh Oknum Ngaku Intel
Gielbran pun mengaku dia mendapatkan intimidasi oleh oknum yang mengaku intel.
"Saya sempat dikabari oleh salah satu fungsionaris di Fakultas Peternakan, karena kebetulan saya mahasiswa fakultas peternakan, saya dihubungi oleh wakil dekan dan beliau menyampaikan bahwa ada oknum yang mengaku sebagai intel mendatangi fakultas kemudian dia memintai biodata kepada pihak akademik. Namun dari fakultas melarang untuk memberikan biodata karena tidak ada izin atau tidak ada surat tugas. Sehingga biodata yang diminta tidak diberikan," katanya.
ADVERTISEMENT
Kedua terjadi di Sragen, Jawa Tengah. Beberapa hari lalu Gielbran ditelepon oleh orang tuanya. Orang tua Gielbran ini mendapat laporan dari Ketua RT ada oknum mengaku intel yang mendatanginya untuk mengeplot orang tua Gielbran.
"Cuma dari Ketua RT menghalau dan membatasi dan mengimbau untuk tidak usah bertemu dengan orang tua saya sehingga tidak sampai bertemu dengan keluarga saya. Sudah mengundurkan diri dan tidak mengintervensi secara langsung. Jadi sebatas lewat ketua RT kemudian ketua RT meminta untuk tidak usah sampai ke orang tua cukup di ketua RT saja," katanya.
"Kita sempat mendapatkan intimidasi cuma kami menganggap itu sebagai wujud yang tidak mengganggu secara fisik. Adapun kalau intimidasi saya mengalami, namun saya merasa tidak terganggu, saya merasa tidak takut dan itu menjadi bukti bahwa kita harus senantiasa terus bergerak. Jadi tidak ada kata-kata takut, dan yang perlu teman-teman ketahui bahwa selama tidak ada gangguan fisik saya rasa intimidasi-intimidasi itu sebagai sebuah angin lalu," ujarnya.
ADVERTISEMENT