Ketua BGN Tanggapi Isu Adanya Keluhan pada Rasa Makanan Bergizi Gratis

21 Januari 2025 20:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Ruang Rapat Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) bersama Badan Gizi Nasional (BGN), di Ruang Rapat Kutai III, Komplek Parlemen Senayan, Selasa (21/1/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Ruang Rapat Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) bersama Badan Gizi Nasional (BGN), di Ruang Rapat Kutai III, Komplek Parlemen Senayan, Selasa (21/1/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menanggapi keluhan rasa Makan Bergizi Gratis (MBG) yang berbeda-beda. Dia mengatakan, setiap orang pasti memiliki selera yang berbeda.
ADVERTISEMENT
“Nah, begini. Untuk selera ini ya, jangankan untuk tiga ribu, untuk empat orang di rumah pun seleranya beda-beda. Setiap hari juga kita kadang-kadang inginnya makan itu, makan ini, sesuai keinginan,” kata Dadan kepada wartawan di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (12/1).
Dadan mengatakan, BGN juga telah menempatkan seorang ahli gizi di setiap pelayanan pemenuhan gizi. Ahli gizi tersebut yang akan mengatur menu selama sebulan.
Yang kemudian, kata Dadan, setiap bulan kedua akan melakukan evaluasi dengan menyebarkan kuesioner kepada penerima manfaat.
“Tapi, ini di setiap satuan layanan pemenuhan gizi kan ada satu ahli gizi yang sudah menyusun menu selama satu bulan. Nah selama satu bulan ini kita laksanakan,” tutur akademisi IPB tersebut.
ADVERTISEMENT
Murid menikmati paket makan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SD Sinduadi Timur, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Senin (13/1/2025). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
“Apa yang sudah disusun tersebut, nah nanti bulan kedua baru para ahli gizi akan melakukan evaluasi termasuk kuesioner kepada penerima manfaat,” sambungnya.
Dadan menjelaskan, kuesioner ini meliputi menu favorit, menu yang tidak disukai, serta evaluasi terkait kepuasan penerima manfaat terhadap program MBG.
“Menu mana saja yang menjadi favorit, mana yang tidak disuka, mana yang harus ada. Itu evaluasinya akan seperti itu, seperti yang sudah kami lakukan di wilayah percontohan yang sudah dua bulan. Mekanismenya akan seperti itu,” ujarnya.
Menurutnya keluhan perbedaan rasa ini menjadi tantangan tersendiri bagi para ahli gizi dalam melakukan berbagai inovasi.
“Jadi memang tantangan tersendiri untuk para ahli gizi untuk melakukan inovasi-inovasi sehingga minimal apa yang dibuatnya menarik sebagian besar atau disukai sebagian besar penerima manfaat,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT