Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ketua MA Ingin Bangun Lembaga Peradilan Berkualitas: Integritas Jadi Kunci
27 Desember 2024 12:21 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Ketua Mahkamah Agung, Sunarto, menyebut integritas lembaga peradilan menjadi isu utama di tahun 2025 mendatang. Ia mengatakan, MA berkomitmen untuk membangun lembaga peradilan yang berkualitas.
ADVERTISEMENT
“Integritas masih menjadi isu utama dalam refleksi akhir tahun ini bahkan dijadikan tema dalam laporan tahunan yang akan diselenggarakan pada bulan Februari tahun 2025,” ujarnya dalam acara Refleksi Akhir Tahun MA di gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Jumat (27/12).
“Hal ini merupakan komitmen Mahkamah Agung untuk menjadikan integritas sebagai kunci dalam upaya membangun lembaga peradilan yang berkualitas dan sebagai fondasi kepercayaan publik,” lanjutnya.
Untuk itu, Sunarto meminta jurnalis untuk turut memberitakan hal-hal positif yang dilakukan oleh lembaga peradilan. Ia harap, media bisa meluruskan isu-isu negatif.
“Oleh karena itu saya berharap kepada rekan-rekan jurnalis sebagai representasi publik untuk berpartisipasi dalam mengawasi kinerja hakim dan aparatur peradilan sekaligus bisa meluruskan isu-isu negatif yang beredar di masyarakat melalui pemberitaan yang akurat, proporsional, dan berimbang,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ia menilai, saat ini tidak hanya ‘bad news is a good news’ yang memiliki nilai jual. Berita baik juga laku di masyarakat.
“Saat ini saya melihat ada perkembangan paradigma di tengah-tengah masyarakat yang sebelumnya berpaham ‘bad news is a good news’ sekarang nampaknya berkembang menjadi ‘good news is a good news’,” ujarnya.
“Jika sebelumnya hanya berita buruk yang memiliki nilai jual yang tinggi, maka saat ini berita baik juga menempati posisi nilai jual yang tinggi,” sambungnya.
Menurutnya, berita buruk dapat mempengaruhi psikologi pembacanya.
“Salah satu pertimbangannya adalah karena betapa pun berita buruk itu memang nyata akan tetapi tidak sedikit yang cemas hal tersebut dapat berdampak buruk bagi psikologi para pembacanya apalagi di era media sosial seperti sekarang ketika kekerasan verbal, hoaks, berseliweran seperti tidak ada hentinya,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
“Tren jurnalisme positif mulai banyak diadopsi sebagai upaya memberikan informasi yang konstruktif kepada masyarakat sehingga tidak jarang saat ini rekan-rekan jurnalis telah memberikan porsi lebih besar kepada berita-berita yang baik,” sambungnya.