Ketua MUI Kritik 44 Biksu Thudong Singgah & Dijamu di Masjid: Kebablasan

24 Mei 2024 7:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
572
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah Bhikkhu Thudong berjalan meninggalkan Masjid Baiturrohmah Bengkal, Kranggan, Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (19/5/2024). Foto: Anis Efizudin/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah Bhikkhu Thudong berjalan meninggalkan Masjid Baiturrohmah Bengkal, Kranggan, Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (19/5/2024). Foto: Anis Efizudin/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua MUI Cholil Nafis mengkritik jamuan dan sambutan yang dibuat masyarakat dan takmir masjid terhadap 44 biksu thudong di Masjid Baiturrohmah, Bengkal, Temanggung, Minggu (19/5). Biksu itu mampir istirahat dalam perjalanan menuju Candi Borobudur.
ADVERTISEMENT
Video kedatangan 44 biksu di Masjid Baiturrohmah itu viral di media sosial. Ada beberapa netizen yang menyoroti para biksu yang diduga beribadah di dalam masjid.
Cholil mengatakan, hal tersebut kebablasan. Sebab, masjid fungsinya untuk ibadah bukan untuk keperluan lainnya. Ada ruangan lain yang dapat dijadikan lokasi penyambutan tamu non muslim.
"Ini kebablasan. Kalau mau terima tamu non muslim jangan di rumah ibadah. Kan masih ada ruangan pertemuan lain yang lebih tepat. Rumah masjid itu hanya untuk ibadah umat muslim bukan untuk lainnya," kata Cholil dalam akun Instagram resminya, Jumat (24/5).
(Cholil telah mengizinkan kumparan untuk mengutip unggahan tersebut).
Menurut Cholil, masih ada cara lain yang dapat digunakan dalam hal menjaga toleransi terhadap agama lain. Salah satunya dengan memberikan mereka ruang untuk beribadah.
ADVERTISEMENT
Cholil dalam unggahannya lalu memberikan contoh bentuk toleransi agama. Berikut penjelasannya:
"Setiap umat Islam harus menjalankan toleransi dengan memberikan kesempatan kepada umat agama lain yang sedang merayakan ritual ibadah dan perayaan hari besar mereka. Bentuk toleransi beragama adalah:
a. Dalam hal akidah, memberikan kebebasan kepada umat agama lain untuk melaksanakan ibadah hari raya sesuai keyakinannyadan tidak menghalangi pelaksanaannya.
b. Dalam hal muamalah, bekerja sama secara harmonis serta bekerja sama dalam hal urusan sosial bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara..."
Terakhir dalam unggahannya, Cholil mengingatkan bahwa toleransi tidak boleh masuk dalam ranah akidah dan syariat agama lain.
"Batasan toleransi beragama tidak masuk ke dalam ranah akidah dan syariat agama lain karena berpotensi terjadi penistaan dan penghinaan agama..Bismillah," tutupnya.
ADVERTISEMENT

Cerita dari Warga: Tak Ada Ibadah Bersama

Sejumlah biksu peserta ritual Thudong berjalan menyusuri jalan raya saat melintas di Secang, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (30/5/2023). Foto: ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Temanggung, Fatchur Rochman, bercerita awalnya pihak masjid menerima surat dari panitia biksu Thudong yang meminta izin beristirahat di sana. Setelah itu, sebagai pihak yang merasa menjadi tuan rumah, pihak masjid dan masyarakat sekitar pun menyiapkan jamuan seperti aneka minuman dan snack.
Fatchur membantah jika ada kegiatan ibadah bersama di sana. Yang ada, kata Fatchur, para biksu hanya merasa berterima kasih dan mendoakan warga sekitar. Masjid itu pun berada di perbatasan jalan yang jadi rute para biksu selanjutnya.
"Jadi yang dari sana (para biksu) itu merasa bahagia, merasa terharu, terus merasa berterima kasih, terus mendoakan masyarakat sini. Mendoakan dengan cara mereka. Nah mungkin kalau orang yang enggak tahu, itu dikira ibadah. Intinya bukan ibadah," ujar Fatchur.
ADVERTISEMENT
Setelah itu pun pihak masjid membalas mendoakan dengan cara Islam dengan dipimpin oleh Haji Wari. Fatchur mengungkapkan, setelah video itu viral, banyak pesan masuk ke ponselnya. Namun ia tak ambil pusing sebab niat warga dan pengurus masjid hanya menjamu tamu dan menunjukkan wajah toleran Islam.
"Yang penting kan kita niatnya tetap mau menjamu, bukan terus mempersilakan ibadah di sini, kan enggak. Lagian mereka juga enggak gimana-gimana. Ya intinya saya itu mau menunjukkan, Islam itu kayak begini lho. Intinya Islam itu rahmatanlilalamin. Islam itu kayak gini, enggak seperti yang dibayangkan orang," ujar Fatchur.
"Saya itu merasa kedatangan tamu, mereka itu tamu istimewa kan, wong dari, menurut sana kan ibadahnya istimewa di Borobudur itu. Mereka juga dari luar negeri, masak di sini mau istirahat aja disepelekan, kan ya semampu kitalah [menjamu]. Semaksimal mungkin cara saya menerima tamu ya, menjamu begitu," katanya.
ADVERTISEMENT