Ketua MUI soal IDF Serang 2 TNI, Sebut Israel Bejat dan Minta Jokowi Bertindak

11 Oktober 2024 15:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim (dua kanan) didampingi Wakil Ketua Baznas RI Mokhamad Mahdun (empat kiri),memberikan keterangan pers usai penyambutan delegasi. Foto: Bayu Pratama S/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim (dua kanan) didampingi Wakil Ketua Baznas RI Mokhamad Mahdun (empat kiri),memberikan keterangan pers usai penyambutan delegasi. Foto: Bayu Pratama S/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Militer Israel (IDF) menyerang pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL). Dua tentara terluka akibat serangan tersebut. Pihak Kemlu RI menyebut dua tentara itu berasal dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof. Sudarnoto Abdul Hakim, menyebut serangan itu sebagai sebuah kebejatan moral.
"Serangan yang dilakukan oleh IDF terhadap markas pasukan perdamaian PBB di Lebanon ini adalah kebejatan moral dan rusaknya akal dan mental IDF dan pemerintah Israel secara umum," kata dia dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (11/10).
Sudarnoto mengatakan, serangan tersebut memperpanjang deretan kasus yang membuktikan bahwa Israel memang tidak akan pernah menghormati hukum internasional, tidak berniat menciptakan perdamaian dan justru membuat kerusuhan mengancam dan menghancurkan keamanan.
"Yang sangat mengerikan adalah membunuh warga sipil," kata dia.
"Tindakan yang menggila ini tidak boleh dibiarkan, tidak boleh ditonton dan diratapi oleh siapa pun," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL dari Indonesia sedang berpatroli di sepanjang Garis Biru di sekitar El Odeisse, Lebanon selatan. 16 Februari 2023. Pasqual Gorriz (UNIFIL) Foto: Pasqual Gorriz (UNIFIL)
Menurut Sudarnoto, cara-cara tersebut sama sekali tidak akan bisa menghentikan pembantaian yang dilakukan oleh IDF. "Harus menunggu separah apalagi untuk menghentikan IDF?" ucap dia.
Menurutnya, sudah saatnya sekarang negara-negara pembela Palestina termasuk negara Timur Tengah berkonsolidasi dengan sungguh-sungguh dan bergerak cepat secara bersama-sama menghentikan dengan paksa tindakan Israel.
Indonesia, kata dia, sebagai sebuah negara yang penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Palestina juga perlu mendorong untuk menghentikan Israel. Apalagi dua orang Indonesia dari pasukan perdamaian PBB ini juga menjadi korban.
"Presiden perlu segera bersikap secara terbuka bersama dengan yang lain untuk lakukan-langkah hentikan kejahatan Israel," ucapnya.
Anggota militer Israel berdiri di samping kendaraan lapis baja, di tengah permusuhan lintas batas antara Hizbullah dan Israel, di Israel utara, Senin (30/9/2024). Foto: Gil Eliyahu/REUTERS
Sudarnoto menilai, perlu dipertimbangkan untuk melakukan dua langkah yang bisa dilakukan aliansi negara-negara palestina.
ADVERTISEMENT
"Pertama, cara diplomatik meyakinkan, mendesak Amerika untuk tidak lagi menjadi backbone secara ekonomi, politik, diplomatik, dan militer negara teroris Israel. Kedua, cara militer yaitu mendesak IDF mundur sekaligus melindungi warga sipil dari kebengisan genosida Israel," ujarnya.
"Hemat saya, kita semua, negara negara di dunia dan masyarakat seluruh dunia tidak mungkin lagi membiarkan Israel," pungkasnya.