Ketua PBNU Bicara soal Supremasi Agama dalam Sistem Politik

27 Agustus 2022 13:21 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KH Yahya Cholil Staquf. Foto: Dok:  YouTube Islam and Liberty Network
zoom-in-whitePerbesar
KH Yahya Cholil Staquf. Foto: Dok: YouTube Islam and Liberty Network
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyampaikan materi tentang demokrasi di Indonesia dalam seminar nasional di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabtu (27/8).
ADVERTISEMENT
Menurut survei yang ia kutip dari Alvara Institut, Yahya menyebut mayoritas penduduk Indonesia menginginkan agar ada supremasi agama dalam sistem politik.
"Dari salah satu survei tahun 2019, Alvara Institut, suku-suku percaya Pancasila dan kesetaraan tanpa sekat identitas di antara masyarakat kita ini hanya 39,43 persen. 18 persen masih menginginkan negara khilafah, dan percaya kekerasan untuk amar maruf nahi mungkar. Yang 42 persen mereka percaya Islam ini harus damai, ramah, tapi mereka menginginkan ada formalisasi apa yang diklaim sebagai nilai-nilai agama," kata Yahya.
Yahya mengakui bahwa keinginan masyarakat untuk menjadikan agama Islam yang diformalkan dalam politik pemerintahan sebagai masalah besar.
"Ini sebetulnya kita masih punya masalah gede. Yang sungguh-sungguh percaya Pancasila dan kesetaraan absolut itu cuma 39 persen. Yang mayoritas itu masih pengin supremasi agama Islam. Dan saya kira orang NU banyak juga," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ia menginginkan agar agama tidak hanya dipandang sebagai politik semata. Termasuk tidak memasukkan Islam dalam aturan politik seperti undang-undang dan peraturan daerah (perda) syariah.
"Kenapa? Karena selama ini agama masih dipandang framework politik, bukan hanya nilai-nilai saja," kata Yahya.
Baginya perlu strategi agar agama tidak menjadi bagian dari masalah. Nilai-nilai agama yang harus dikedepankan menurutnya terkait kesetaraan tanpa keinginan untuk membangun supremasi.