Ketua RT Sebut Hendri Korban TPPO Myanmar Sosok Pendiam, Ayahnya Ojek Online

13 Agustus 2024 13:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Korban penipuan tawaran kerja di Thailand serta korban penyekapan dan penyiksaan di Myanmar Suhendri Ardiansyah (27) atau Hendri. Foto: Dok. Keluarga
zoom-in-whitePerbesar
Korban penipuan tawaran kerja di Thailand serta korban penyekapan dan penyiksaan di Myanmar Suhendri Ardiansyah (27) atau Hendri. Foto: Dok. Keluarga
ADVERTISEMENT
Suhendri Ardiansyah (SA) atau bisa disebut Hendri merupakan korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Myanmar. Ia diimingi mendapat pekerjaan dengan gaji fantastis senilai Rp 150 juta, namun ia justru disekap dan disiksa.
ADVERTISEMENT
Terkait hal tersebut, Ketua RT 11, Kadimin menyatakan, keluarga Hendri merupakan keluarga yang baik. Hanya saja nasib apes yang tengah menimpa mereka hingga Hendri menjadi korban TPPO.
"Ya baik, cuma karena lagi apes saja. Ada musibah lah," ujar Kadimin kepada kumparan, Selasa (13/8).
Keluarga Hendri merupakan orang Betawi asli yang memang tinggal di wilayah tersebut. Ayahnya merupakan seorang ojek online.
Hanya saja kini ayah Hendri, Hendri dan kakak perempuan dari ayahnya tinggal mengontrak.
Korban penipuan tawaran kerja di Thailand serta korban penyekapan dan penyiksaan di Myanmar Suhendri Ardiansyah (27) atau Hendri. Foto: Dok. Keluarga
Kadimin mengaku tak tahu apa pekerjaan dari Hendri. Ia hanya mendengar cerita saja, bahwa Hendri pernah bekerja sebagai TKI di Dubai.
"Katanya, katanya begitu. Tapi wallahualam ya, namanya cerita, saya kan enggak langsung menemui anaknya," ucap Kadimin.
ADVERTISEMENT
Hendri juga dinilai sebagai anak yang pendiam. Ia tak begitu mengenal sosok Hendri seperti apa, karena sebagai Ketua RT, ada banyak warganya yang masuk dalam tanggung jawabnya.
Ayah dari Hendri yang berprofesi sebagai ojek online juga sering beristirahat di musala dekat kontrakannya. Ia sering berinteraksi dengan masyarakat sekitar tersebut.
"Biasa-biasa saja. Kalau bapaknya suka beristirahat di musala itu. Kan ada warung itu, suka nongkrong di situ," tuturnya.
Kadimin juga mengaku tak tahu bagaimana awalnya Hendri bisa terjerat TPPO di Myanmar.
Menurutnya, ia tahu setelah ayah dari Hendri bercerita ke rumahnya, dan meminta bantuan untuk bisa mengembalikan Hendri ke Indonesia.
"Jadi ya dia laporan 'Pak RT, saya cuma laporan gini-gini. Siapa tahu Pak RT ada teman yang bisa membantu' begitu doang mas, ya sudah saya nggak tahu apa-apa," ungkap Kadimin.
ADVERTISEMENT
"Itu dia (ayahnya Hendri) cerita di sini. Itu sama Dewan Kemakmuran Masjid, ke sini berdua dianterin. Bapaknya sama pengurus musala," pungkasnya.
Sebelumnya, Hendri (27) ditawarkan pekerjaan oleh temannya, Risky di Thailand dengan iming-iming gaji Rp 150 juta per bulan.
Alih-alih bekerja, dirinya malah dibawa ke Myanmar. Di sana ia mengaku disekap serta disiksa. Pihak keluarga Hendri lalu dimintai tebusan sebesar 30 ribu dolar AS atau setara Rp 478 juta.
Sepupu korban, Yohana (35) mengatakan bahwa Hendri bercerita ia disekap bersama 15 WNI lainnya.
"Dia bilang WNI ada 15 orang sama dia, makanya dia sempet telepon waktu itu 'ini sekarang yang berada sama gua ini WNI ada 15' dia bilang," ujar dia pada wartawan di Bareskrim Polri, Senin (12/8).
ADVERTISEMENT
Terkait 15 WNI itu ikut disiksa atau tidak, Yohana tidak mengetahuinya.
"Dia cuman ngabarin kalau bersama dia tuh ada 15 (orang)," ucap dia.