Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Keuskupan Semarang Kenang Buya Syafii Jaga Perdamaian Usai Gereja Bedog Diserang
27 Mei 2022 16:02 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Wafatnya eks Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif menjadi duka bagi masyarakat Indonesia, tak hanya bagi umat Muslim namun juga umat agama lain.
ADVERTISEMENT
Romo Yohanes Dwi Harsanto, Wakil Uskup Urusan Kategorial, Vikep Kategorial Keuskupan Agung Semarang , pun datang melayat ke Masjid Gedhe Kauman, Kota Yogyakarta, tempat disemayamkannya jenazah Buya Syafii.
"Kepada keluarga besar teman-teman Muhammadiyah, dan teman-teman antaragama yang selama ini bekerja sama dengan beliau, dan juga untuk keluarga yang ditinggalkan," ujar Romo Yohanes di lokasi, Jumat (27/5).
Menurutnya, Buya Syafii selalu menyebarkan kedamaian berdasarkan keadilan dan martabat manusia. Buya Syafii merupakan sosok yang sungguh-sungguh mengusahakan perdamaian termasuk melalui tulisannya di media massa dan pidato-pidatonya.
Kenang Upaya Buya Syafii Jaga Perdamaian Usai Gereja St Lidwina Begog Diserang
Romo Yohanes pun mengenang Buya Syafii yang langsung terjun langsung ke lapangan saat kasus penyerangan di Gereja St Lidwina Bedog, Sleman, pada 11 Februari 2018. Hal ini, kata dia, sebagai upaya Buya Syafii untuk menjaga perdamaian antarumat beragama.
ADVERTISEMENT
"Tetapi juga dengan tangan dan kakinya, beliau itu terjun, mengusahakan damai itu. Ketika gereja kami diserang teroris (penyerangan) di St Lidwina Bedog itu, beliau langsung naik sepeda dari rumahnya menuju gereja," ungkapnya.
Bahkan menurut Romo Yohanes, Buya Syafii langsung mengadakan konferensi pers dan mengutuk aksi teroris tersebut. Ia merasa Buya Syafii selalu mengedepankan kedamaian antarumat beragama.
"Jadi hubungan antaragama tetap tenang dan damai, masyarakat tetap bisa fokus untuk mengusahakan hidup bersama dengan lebih baik. Itu selalu beliau usahakan," jelasnya.
Romo Yoganes mengatakan, pihaknya kerap datang sowan ke Buya Syafii untuk berdialog dan berbincang-bincang. Buya Syafii pun selalu menerima kehadiran tamunya, siapa pun itu, di sela-sela kesibukannya.
"Ternyata masih mengusahakan yang terbaik bagi tetangga kanan kirinya. Itulah Buya Syafii. Jadi kita sangat kehilangan," bebernya.
Usai insiden penyerangan Gereja Bedog, Buya Syafii juga sempat menjenguk dan berdialog dengan pelaku penyerangan bernama Suliyono di RS Bhayangkara.
ADVERTISEMENT
Usai 1,5 jam berdialog dengan Suliyono, Buya Syafii menilai adanya kemungkinan Suliyono sebagai pelaku tunggal, namun ia mendorong penyelidikan harus profesional dan hukum harus ditegakkan.
Dalam penyerangan ini, pelaku menyerang jemaat bernama Budijono yang sedang berada di depan gereja bersama seorang anak kecil. Pelaku kemudian lari menuju altar dan menyerang Romo Prier yang sedang memimpin misa. Romo Prier mengalami luka di bagian kepala dan langsung dibawa ke RS Panti Rapih.
PGI Usul Buya Syafii Jadi Pahlawan Nasional
Sementara itu, di kesempatan yang sama, Ketum Persatuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Pendeta Gomar Gultom mengatakan, pihaknya meneladani kesederhanaan Buya Syafii serta komitmennya untuk Republik Indonesia.
"Kita juga meneladani perhatiannya kepada angkatan muda yang luar biasa. Dalam kaitan ini, kami memohon kepada negara untuk mengibarkan bendera setengah tiang beberapa hari ke depan. Dan mengimbau keputusan negara agar seluruh masyarakat Indonesia mengibarkan bendera setengah tiang untuk beberapa hari ke depan," jelas Pendeta Gomar.
Berkat jasa dan upaya perdamaian yang digelorakan Buya Syafii selama ini, Pendeta Gomar mengusulkan agar cendekiawan Islam ini diangkat menjadi pahlawan nasional lantaran banyak membuat banyak pencerahan dan perubahan bagi bangsa.
ADVERTISEMENT
"Kami bahkan mengusulkan agar beliau, Buya Syafii Maarif, diangkat menjadi pahlawan nasional karena beliau telah membuat begitu banyak pencerahan dan perubahan bagi bangsa kita," ujarnya.
Buya Syafii wafat di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Kabupaten Sleman pada usia 86 tahun. Sebelum meninggal, almarhum sempat mendapatkan perawatan karena serangan jantung. Ia dirawat di rumah sakit sejak 14 Mei lalu.