KH Cholil Nafis: Dunia Islam Kini Hadapi Paham Keagamaan yang Ekstrem

14 Agustus 2023 6:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua MUI Cholil Nafis  Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ketua MUI Cholil Nafis Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua MUI KH Cholil Nafis menghadiri Konferensi Internasional tentang Konsolidasi dan Koordinasi Tokoh Umat Islam. Acara ini dibuka oleh Menteri Urusan Agama Islam, Dakwah dan Bimbingan Kerajaan Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
Acara tersebut dihadiri oleh para ulama, para mufti dan da’i internasional dari 83 negara. Menurut dia, pembahasan utama dalam konferensi tersebut tentang merekatkan persatuan umat Islam di seluruh dunia atas asas keagamaan islam yang moderat (wasathi), toleran dan inklusif.
"Tema diulas sedari awal pembukaan oleh para ulama agar bisa menyelaraskan antara ajaran Islam yang ideal dan kenyataan umat yang penuh dinamika," kata Cholil Nafis dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (14/8).
Cholil mengatakan, persoalan yang muncul di masyarakat hingga menjadi perpecahan adalah fanatik buta terhadap golongannnya sendiri yang kadang disertai dengan mengkafirkan kelompok lain yang berbeda pendapat. Pemahaman seperti ini, kata dia, agama menjadi malapetaka karena kesalahan dalam memahami teks agama.
ADVERTISEMENT
"Di sesi kedua konferensi internasional di Makkah mengulas tentang kenyataan dan harapan hubungan antara dunia islam dan Kerajaan Arab Saudi. Bahkan dipersilakan untuk mengajukan kritik sebagai harapan dan upaya memperbaiki hubungan dan memperkuat kerja sama antar lembaga keumatan dan kemasyarakatan umat di dunia islam," ungkapnya.
Dalam sesi lainnya, lanjut dia, mendiskusikan tentang wasathiyatul islam secara konsepsional dan praktiknya di beberapa negara.
"Kami dari Indonesia memaparkan tentang wasathiyatul islam yang sudah menjadi arus utama paham keagamaan. Hal ini menjadi tema Muktamar NU dan Muhammadiyah juga Musyawarah Nasional MUI. Pada prinsipnya Indonesia mampu menjaga kesatuan dan persatuan dengan banyak ragam etnis dan agama karena mayoritas umat berpaham islam wasathi," kata dia.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, dia menyebut jikalau ada peristiwa terorisme dan ekstremisme, bahkan pengeboman karena masih ada sebagian umat yang punya paham eksklusif dan biasanya tak berafiliasi dengan organisasi kemasyarakatan Islam besar di Indonesia.
KH M Cholil Nafis Foto: Dok. Istimewa
"Kenyataan ekstremisme di tengah-tengah umat menjadi tugas ulama dan tokoh umat untuk terus menyerukan damai dan memahami Islam yang benar," imbuhnya.
Cholil menjelaskan, sebenarnya sumber ekstremisme, baik kiri maupun kanan itu karena paham agama yang tidak proporsional. Biasanya memahami ajaran islam yang salah antara keleluasaan agama (rukhshah) dan ketetapan yang pasti dalam agama (‘azimah).
"Ekstrem kiri karena menggampangkan agama sehingga apa pun bisa dipahami di luar teks atas nama kemaslahatan. Sedangkan yang ekstrem kanan karena terlalu ketat dalam memahami agama sehingga agama dipahami secara harfiyah tekstual bahkan melupakan realita kehidupan," kata Cholil.
ADVERTISEMENT
"Makanya Rasulullah SAW mengingatkan bahwa, “rusaklah orang-orang yang keterlaluan”. Karenanya, MUI menyampaikan tentang 10 kriteria wasathiyatul sslam agar menjadi pegangan dunia islam dalam memberi fatwa dan membimbing umat. Yaitu seimbang dalam memahami teks dan konteks, bisa membedakan mana wilayah penyimpangan (inhiraf) yang harus diamputasi dan wilayah perbedaan (khilafiyah) yang harus ditoleransi, bisa berpikir dinamis yang menyeimbangkan antara ajaran agama yang baku dan ajaran islam yang dinamis. Cara berislam yang wasathi ini akan selalu sesuai dengan perkembangan zaman dan mampu membangun peradaban," lanjutnya.
Ia menyebut, dunia islam kini sedang menghadapi paham keagamaan yang ekstrem. Dan saat bersamaan juga menghadapi sekularisasi, ateisme dan Islamofobia.
"Dunia Islam kini sedang menghadapi paham keagamaan yang ekstrem, dan saat bersamaan menghadapi sekularisasi, ateisme dan Islamofobia. Dunia yang mengecil dengan teknologi informasi yang membanjir dari berbagai penjuru menjadi tantangan berat tokoh agama dalam membimbing umat," tandasnya.
ADVERTISEMENT