Khalifa Haftar, Otak di Balik Penyerangan Rombongan Haji di Libya

2 September 2019 12:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Khalifa Haftar. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Khalifa Haftar. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Khalifa Haftar diduga sebagai otak serangan rudal yang mengenai pesawat rombongan jemaah haji Libya yang baru saja tiba dari Makkah. Siapa dia sebenarnya?
Tentara Libya berjaga di objek vital. Foto: REUTERS/Esam Omran Al-Fetori
Khalifah Haftar lahir di kota sebelah timur Libya, Ajdabiya pada 1943. Sebelum memulai sepak terjangnya sebagai pemimpin pemberontak, Haftar merupakan perwira militer yang setia kepada kolonelnya, Muammar Khadafi.
ADVERTISEMENT
Khadafi adalah sosok yang berhasil menggulingkan pemerintahan Raja Idris dan menggantikan posisinya sebagai pemimpin Libya pada 1969. Kudeta ini tak terlepas dari bantuan Haftar, yang pernah mengecap pelatihan militer di Uni Soviet serta Mesir.
Khalifa Haftar. Foto: AFP
Sejak saat itu, Haftar dikenal sebagai perwira militer yang tangguh.
Haftar kemudian diberi tanggung jawab oleh Khadafi atas pasukan Libya untuk mengatasi konflik di Chad pada 1987.
Namun, penugasan Khadafi justru jadi awal kejatuhan Haftar. Libya dikalahkan oleh pasukan Chad yang didukung Prancis.
Haftar bersama 300 personel militernya ditangkap pada 1987 lalu diasingkan ke Virginia, Amerika Serikat.
Balas Dendam Terhadap Khadafi
Sejak saat itu, hubungan Khadafi dan Haftar merenggang. Pasalnya, Khadafi menyangkal militer Libya terlibat dalam konflik di Chad dan dia tidak mengakui Haftar.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang membuat Haftar bekerja untuk CIA untuk menggulingkan pemerintahan Khadafi selama pengasingan di AS. Dilansir BBC, Haftar mulai merancang cara untuk menjatuhkan dan membunuh Khadafi.
Pertempuran merebut kota penting di Tripoli Selatan, Libya. Foto: REUTERS/Yosri al-Jamal
Haftar baru menginjakkan kakinya lagi ke Libya pada 2011 setelah unjuk rasa besar-besaran berhasil menjatuhkan Khadafi.
Pemimpin Pemberontak Baru
Pada 2014, Haftar muncul di televisi. Ia mulai menguraikan rencananya untuk menyelamatkan negara dan meminta rakyat Libya bangkit serta melawan parlemen terpilih.
Haftar menggambarkan dirinya sebagai satu-satunya solusi untuk ketidakstabilan di Libya.
Haftar pun mulai gencar melakukan penyerangan demi memperluas kekuasaan pemberontak di Libya.
Kondisi pertempuran merebut kota penting di Tripoli Selatan, Libya. Foto: REUTERS/Yosri al-Jamal
Haftar melancarkan 'Operasi Kedaulatan' untuk merebut kota Benghazi dan wilayah timur pada Mei 2014 dan berhasil. Dia kemudian dipilih sebagai komandan militer tertinggi pemberontak, Tentara Nasional Libya (LNA) pada Maret 2015.
ADVERTISEMENT
Di bawah pimpinan Haftar, LNA juga merebut sejumlah ladang minyak dan kota-kota pelabuhan. Haftar pun mendapat dukungan dari sejumlah negara seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Namun, kekuasaan pemberontak masih sebatas di bagian timur dan selatan Libya saja.
Sementara ibu kota Libya, Tripoli, dikuasai oleh pemerintahan Kongres Nasional Umum (GNC) yang dipimpin Fayez al-Sarraj. GNC mendapat pengakuan sebagai pemerintah resmi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pemerintah dan PBB pun menganggap Haftar dan LNA sebagai pemberontak. Pertempuran antara kedua kelompok menjerumuskan Libya ke jurang perang saudara yang sampai sekarang belum terlihat ujungnya.
Bom mobil di Libya. Foto: REUTERS/Ayman al-Werfalli
Serangan terakhir LNA terjadi pada Minggu (1/9). Mereka menembakkan rudal ke landasan pacu Bandara Mitiga, Tripoli.
Rudal tersebut mengenai pesawat yang membawa rombongan haji dari Makkah. Sedikitnya, 4 orang terluka akibat serangan ini. Pihak bandara un akhirnya memutuskan untuk menghentikan seluruh operasional bandara dan baru akan mulai beroperasi pada Senin (9/2).
ADVERTISEMENT