Khamenei Tunjuk Kepala Polisi Baru di Tengah Protes Kematian Mahsa Amini

8 Januari 2023 1:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang wanita memegang plakat selama protes menyusul kematian Mahsa Amini di depan markas besar PBB di Erbil, Irak, Sabtu (24/9/2022). Foto: Azad Lashkari/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita memegang plakat selama protes menyusul kematian Mahsa Amini di depan markas besar PBB di Erbil, Irak, Sabtu (24/9/2022). Foto: Azad Lashkari/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menunjuk kepala polisi baru. Pergantian dilakukan setelah hampir empat bulan negara tersebut dihantam protes yang dipicu kematian Mahsa Amini.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, Khamenei yang juga merupakan panglima tertinggi angkatan bersenjata Iran, menunjuk Jenderal Ahmad-Reza Radan sebagai kepala kepolisian baru. Dia menggantikan Hossein Ashtari.
Dalam keterangannya, Khamenei memerintahkan Kepolisian untuk meningkatkan kemampuan dan melatih pasukan khusus untuk berbagai sektor keamanan.
Sebelum menjabat kepala polisi, Radan merupakan wakil kepala kepolisian Iran pada 2008-2014. Pria kelahiran tahun 1963 itu kemudian memimpin Pusat Kajian Strategis Kepolisian.
Baik Radan dan Ashtari memulai karier militer mereka di Korps Pengawal Revolusi Islam.
Kepala komandan baru kepolisian Iran, Ahmad-Reza Radan. Foto: WANA via REUTERS
Radan tercatat pernah diberi sanksi oleh Amerika Serikat pada tahun 2010, dan kemudian oleh Uni Eropa, atas pelanggaran hak asasi manusia sehubungan dengan protes yang mengikuti pemilihan presiden Iran tahun 2009.
Dalam pernyataan yang mengumumkan penunjukan Radan, Khamenei menyatakan "rasa terima kasih dan kepuasan" atas pengabdian Ashtari selama delapan tahun.
ADVERTISEMENT
Adapun merespons kondisi saat ini, otoritas Iran menggambarkan protes nasional kematian Mahsa Amini sebagai "kerusuhan" dan mengatakan ratusan orang, termasuk anggota pasukan keamanan, telah tewas dan ribuan ditangkap.
Ayatollah Ruhollah Khomeini. Foto: Keystone/Getty Images
Sejak kematian Mahsa Amini pada September lalu, demonstrasi dalam skala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya pecah di penjuru Iran. Negara asing pun berbondong-bondong menyuarakan solidaritasnya dan melakukan aksi protes yang sama.
Mahsa Amini ditangkap oleh polisi moral Iran pada 13 September lantaran diduga tidak mengenakan hijab sesuai aturan yang berlaku. Ia meninggal dunia dalam tahanan tiga hari kemudian, diduga akibat mengalami penyiksaan dari pihak berwenang.
Dalam menyikapi gelombang amarah besar-besaran itu, pemerintah di Teheran bersikap keras. Mereka berulang kali menepis segala tuduhan kekerasan yang dilakukan oleh pihak kepolisian — melempar pertanggungjawaban kepada intervensi Barat dalam konflik itu dan menangkap massa anti-pemerintah yang dinilai telah mengganggu ketertiban.
ADVERTISEMENT
Beberapa di antara tahanan itu bahkan harus menghadapi hukuman mati. Pada Senin (12/12) pekan ini misalnya, Iran telah menggantung seorang pria di depan umum lantaran diketahui membunuh dua anggota pasukan keamanan pemerintah.
Sehubungan dengan tindakan pelanggaran hak asasi manusia dan penindasan terhadap perempuan itulah, AS menjadi salah satu negara yang mengecam Iran — hingga akhirnya mendesak PBB untuk memberikan sanksi internasional kepada Republik Islam tersebut.