Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Khidmatnya Umat Hindu Surabaya Jalani Ritual Melasti Jelang Nyepi
3 Maret 2019 13:35 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB

ADVERTISEMENT
Suara alat musik ceng-ceng, gamelan, dan gong terdengar nyaring sepanjang enam kilometer di jalan menuju Lapangan Laut Arafura, Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Laut (Kodiklatal), Surabaya, Minggu (3/3).
ADVERTISEMENT
Nampak ribuan orang berpakaian serba putih, di antaranya berbaris memegang umbul-umbul dan beberapa lainnya memanggul benda-beda keramat peribadahan, seperti arca, pratima, dan pralingga dari pura.
Mereka adalah umat Hindu yang tengah mengiringi ritual Melasti. Sekitar 7.000 umat Hindu dari Surabaya, Gresik, Sidoarjo dan Lamongan turut larut dalam kedamaian ritual Melasti itu.
Melasti merupakan tahapan upacara menyambut Hari Raya Nyepi 1941 Saka. Melasti adalah tradisi menghanyutkan kotoran alam menggunakan sumber air kehidupan. Dalam kepercayaan Hindu, sumber air seperti danau dan laut dianggap sebagai asal air kehidupan.
"Melasti, berasal dari kata Mela dan arti Mela artinya kotoran, Asti itu membuang, jadi kita membuang kotoran-kotoran," anggota Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Nyoman Sutantra, saat ditemui di lokasi.
ADVERTISEMENT
"Semua kotoran itu datang dari perbuatan kita, perbuatan berbohong, memfitnah, menyakiti kita buang hari ini. Kita memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kita bisa mendapatkan tirta suci, yang kita ambil di tengah laut," imbuhnya.
Nyoman mengatakan, pesan dalam ritual Melasti kali ini adalah perdamaian dan toleransi menyambut Pemilu 2019 pada 17 April mendatang. "Dengan Catur Brata (pada Hari Nyepi nanti) itu kita mensukseskan pelaksana pemilu damai dan harnomis," terangnya.
Sebelum mengawali ritual, terlihat seluruh jemaah duduk berbaris rapi menghadap ke arah Selat Madura. Sejumlah sesaji dan benda sakral diletakkan sejajar di depan jemaah.
Ritual panca sembah atau persembahyangan dimulai dengan dipimpin oleh pemangku (pemuka agama), pemangku membaca doa Puja Bhakti untuk Hari Raya Nyepi. Meski, matahari mulai terik, jemaah nampak khidmat berdoa dengan duduk bersila dan sikap namaskara (mencangkupkan tangan di dekat ubun-ubun). Sementara itu, tarian sakral, Tari Mandara Giri mengiringi berakhirnya sembahyang.
Acara belum usai di situ, sejumlah pemangku akan membagikan air suci dan bija, beras yang telah dibasahi air suci kepada jemaah. Air itu bakal diminum jemaah dan bija akan dibubuhkan ke dahi setiap jemaah yang datang. Selepas prosesi ini, perangkat-perangkat peribadahan dicelupkan ke laut dan diarak kembali ke pura. Sedangkan, sesaji dan ayam dilarungkan ke laut sebagai tanda penutup ritual melasti.
ADVERTISEMENT
"Nanti kita di tengah laut membuang ayam, membuang sesajen, artinya kita membuang kebodohan dan kesombongan kita juga lepaskan itik itu agarnya adalah arif, bijak, sabar dan santun," terang Nyoman.
Ada hal yang berbeda di Melasti kali ini. Terlihat di antara kerumunan jemaah, sejumlah orang India yang larut ritual itu. Mereka berpakaian khas india, Sari, yang berwana-warni.
Salah satunya, Sushma Suhas Shedge (45), wanita asal India ini mengaku, pertama kali mengikuti upacara Melasti di Surabaya. Ia juga merasa senang ikut khidmat mengikuti upacara kali ini.
Menurut Sushma, ritual Melasti berbeda dengan di India. Dia menilai, ritual melasti sangat rapi dan disiplin. Ia berharap, dapat kembali ke Surabaya untuk mengikuti upacara Melasti pada tahun mendatang.
"Ini adalah pengalaman spiritual pertama bagi kami di Surabaya. Di sini kami menemui banyak orang dan senang sekali. Kami datang berenam, upacara ini membawa kedamaian bagi kami," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Setelah ritual Melasti, umat Hindu bakal melanjutkan rangkaian Nyepi lainnya. Seperti, Tawur Agung, seni budaya ogoh-ogoh di Pura Segara Kenjeran dilaksanakan tanggal 6 Maret, Catur Brata Nyepi dan Dharma Santi.