Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Khofifah soal Penyakit Leptospirosis di Jatim: 249 Kasus dan 9 Meninggal
6 Maret 2023 17:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa membeberkan data penyakit leptospirosis atau kencing tikus yang melanda di beberapa wilayah di Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran leptospirosis, yaitu tikus, babi anjing dan sapi.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, total ada 249 kasus dan 9 orang meninggal dunia di seluruh Jatim yang terjangkit leptospirosis. Data tersebut hanya untuk sepanjang 2023 hingga per 5 Maret 2023.
Terbanyak terjadi di Kabupaten Pacitan dengan 204 kasus dengan jumlah kematian 6 orang. Selanjutnya Kabupaten Probolinggo sejumlah 3 kasus dengan jumlah kematian 2 orang, Kabupaten Gresik 3 kasus, Kabupaten Lumajang 8 kasus, Kota Probolinggo 5 kasus dengan jumlah kematian 1 orang, Kabupaten Sampang 22 kasus dan Kabupaten Tulungagung 4 kasus.
ADVERTISEMENT
"Berdasarkan data Dinkes Jatim, kasus Leptospirosis pada tahun 2022 sejumlah 606 kasus, sedangkan sampai dengan 5 Maret 2023 jumlahnya sudah 249 kasus. Kita harus waspada agar jangan sampai kita abai atas problem kesehatan ini. Leptospirosis bisa ditemukan setiap waktu, tapi kemungkinannya meningkat saat musim penghujan,” ujar Khofifah di Gedung Grahadi Surabaya, Senin (6/3).
Khofifah menjelaskan, leptospirosis ini memiliki gejala mirip DBD. Leptospirosis sendiri bukan disebabkan oleh virus, melainkan oleh bakteri Leptospira.
Lebih lanjut, Khofifah juga menyampaikan bahwa penyakit ini bisa menyebar melalui urine dari hewan yang terinfeksi bakteri tersebut dan mengontaminasi lingkungan terutama di lingkungan yang terdapat genangan air dan kontak dengan kulit yang luka/mukosa.
Hewan yang terinfeksi bakteri ini tidak mati, namun pada manusia bisa menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Khofifah mengimbau agar masyarakat menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Selain itu, apabila merasakan gejala segera memeriksakan diri. Gejala tersebut antara lain seperti demam, nyeri kepala, nyeri otot, malaise (lelah), serta mata tampak merah atau kekuning-kuningan. Mirip dengan demam berdarah, jika tidak segera tertangani, pasien terjangkit bisa meninggal dunia.
"Saya berpesan kepada seluruh masyarakat Jawa Timur, jika merasakan gejala tersebut segera periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat agar segera mendapatkan penanganan medis,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, Dr. Erwin Astha Triyono telah menginstruksikan kepada Kadinkes kabupaten/ kota untuk meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini dengan pelaporan melalui SKDR yang sudah diverifikasi serta melakukan koordinasi/jejaring dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam penanganan leptospirosis.
ADVERTISEMENT
Dinkes Jatim juga telah menyiapkan ketersediaan RDT leptospirosis di masing-masing kabupaten/kota untuk mempermudah diagnosis serta mensosialisasikan tatalaksana pengobatan leptospirosis.
“Kejadian leptospirosis tidak hanya berkaitan dengan banjir saja, namun juga terkait dengan air yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira, seperti tikus, sapi, babi yang ada di sekitar lingkungan manusia. Tak hanya itu, penularan leptospirosis bisa terjadi melalui kontak erat dengan binatang ternak yang terinfeksi dan terjadi pada pekerjaan yang berpotensi kontak dengan sumber infeksi.” tandasnya.