Kiai Marzuqi Mustamar Dipecat, Muktamar Luar Biasa Pilihan Tepat

29 Desember 2023 13:51 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
33
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua PWNU Jatim KH Marzuqi Mustamar (kanan). Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua PWNU Jatim KH Marzuqi Mustamar (kanan). Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kiai Sepuh yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk warga NU dipermainkan. Siapa yang tidak kenal profil Kiai Marzuqi Mustamar, yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk perjuangan? Hanya karena berbeda pilihan, politik menyumbat jalan pengabdian.
ADVERTISEMENT
Kiai Marzuqi Mustamar memberikan dukungan penuh untuk paslon nomor urut 1, Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar. Dengan segmen kampanye komunitas santri, ia menyebutkan beberapa nama pesantren yang dapat jadi rujukan, antara lain: Ploso, Lirboyo, Sarang, Tegalrejo, Sidogiri, Gasek Malang.
Kampanye Kiai Marzuqi Mustamar mendapat serangan balik dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ia diberhentikan dari jabatan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur sesuai dengan Surat Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Nomor 267.c/A.II.04/09/2023 tanggal 17 Shafar 1445 H/3 September 2023 tentang Perpanjangan Masa Khidmat dan Perubahan Susunan PWNU Jawa Timur Antar Waktu.
Pemecatan pengurus-pengurus NU dari posisi masing-masing bukan suatu kebijakan objektif. Buktinya, pengurus-pengurus PBNU yang memberikan dukungan kepada paslon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka tetap ‘dipelihara’.
ADVERTISEMENT
Mereka mampu mempertahankan posisi dan jabatannya di PBNU, walau menjadi bagian dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran.
Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuqi Mustamar. Foto: Dok. Istimewa
Beberapa waktu yang lalu, muncul beberapa nama pengurus NU yang menjadi bagian TKN, yaitu: Nyai Mahfudhoh Ali Ubaid (Dewan Pembina PP Muslimat NU), Hj Arifah Choiri Fauzi (Sekretaris PP Muslimat NU), KH. Ali Masykur Musa (Ketua Umum PP ISNU), KH. Asep Saifuddin Chalim (Ketua Umum PP Pergunu).
Muslimat, ISNU, dan Pergunu memang benar adalah badan-badan otonom, mandiri, yang tidak terikat secara struktural dengan kepengurusan PBNU. Hal ini memang memberikan peluang mengelak bagi PBNU, untuk mengatakan bahwa PBNU tidak punya hak untuk memecat kepengurusan badan-badan otonomnya tersebut.
Masalahnya, siapa yang menjadi segmen kampanye tokoh-tokoh puncak dari banom-banom NU tersebut? Tentu jawabannya sama saja, yaitu warga Nahdliyin. Tokoh-tokoh PBNU bisa saja di permukaan menampilkan wajah netralitas, tetapi di belakang bermain bersama para tokoh dari banom-banomnya untuk mendukung Prabowo-Gibran.
ADVERTISEMENT
Seperti duri dalam daging, keberadaan tokoh seperti Kiai Marzuqi Mustamar bagi kepentingan politik PBNU. Dengan memecat tokoh-tokoh PBNU yang tidak ‘sevisi-semisi’, PBNU telah memberikan karpet merah kepada Prabowo-Gibran. Dalam konteks ini, kiai sepuh yang seumur hidup diabdikan pada NU (Kiai Marzuqi Mustamar) harus ‘ditumbalkan’.

Menimbang Sedikit Kemungkinan

KH. Imam Jazuli. Foto: kumparan
Di mata PBNU, pilihan politik Kiai Marzuqi Mustamar untuk mendukung Paslon AMIN memang bagai duri dalam daging, dan karenanya harus ditumbalkan, sebagai pelajaran bagi para pengurus-pengurus NU yang lain, agar mereka jangan coba-coba berani melawan ‘rezim besi’ Gus Yahya dan Kiai Miftachul Akhyar.
Namun, pilihan politik Gus Yahya dan Kiai Akhyar harus dibayar mahal. Bagaimana pun, kepemimpinan Kiai Marzuqi Mustamar sangat mengakar, dengan basis massa yang besar di tingkat-tingkat cabang (PCNU). Sedikit koordinasi dengan PC-PC NU dapat melahirkan gelombang massa yang besar, bahkan bisa mengalahkan gerakan tokoh-tokoh banom NU.
ADVERTISEMENT
Dampak domino semacam itu bisa terbaca dengan mudah. Sebagai langkah antisipatif, Kiai Marzuqi Mustamar sendiri mengingatkan, agar persoalan pemecatan dirinya tidak dibesar-besarkan. Kendati mengimbau warga Nahdliyin untuk tidak ribut soal pemecatannya, Kiai Marzuqi juga meminta pengikutnya tidak segan-segan bertindak mengingatkan jika ada yang salah dalam pemecatan tersebut.
Kesalahan PBNU memang sangat besar, setidaknya dalam dua hal; pertama, tidak adil dan terlalu bias; memecat pendukung AMIN seperti Kiai Marzuqi Mustamar, tetapi “memelihara” para pendukung Prabowo maupun Ganjar Pranowo, seperti Kiai Afifuddin Muhajir (Wakil Rais Amm PBNU) yang mendukung Ganjar-Mahfud.
Kedua, inkonsistensi dalam visi, di mana sebelumnya pengurus PBNU menyebut diri mereka sendiri sebagai pengusung politik tingkat tinggi, di level strategis dan global, politik kebangsaan, guru bangsa, dan glorifikasi-glorifikasi lainnya. Namun, nyatanya mereka adalah para “pelayan” yang tergabung di TKN Prabowo-Gibran.
ADVERTISEMENT

Mengapa Harus MLB?

Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuqi Mustamar (tengah) saat memaparkan makna Harlah ke-96 bagi Nahdlatul Ulama. Foto: Yuana Fatwalloh/kumparan
Muktamar Luar Biasa (MLB), seperti yang diyakini banyak orang, adalah pilihan politik tingkat tinggi. MLB tidak akan pernah dilakukan, sebelum para pengurus NU diyakini secara mutlak melakukan pelanggaran-pelanggaran ‘luar biasa’ pula.
Dalam Bab XXI Permusyawaratan Tingkat Nasional, Pasal 74 ayat (1) menyebutkan: Muktamar Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila Rais 'Aam dan/atau Ketua Umum Pengurus Besar melakukan pelanggaran berat terhadap ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Dan dalam ayat (2), MLB bisa diselenggarakan atas usulan 50+1% dari jumlah wilayah dan cabang.
Sementara dalam Bab XVI Rangkap Jabatan Pasal 51 ayat (1) huruf d disebutkan bahwa jabatan Pengurus Harian Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap dengan jabatan pengurus harian perkumpulan yang berafiliasi kepada partai politik.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Pasal 51 dan Pasal 74 tersebut, apa yang dilakukan oleh Kiai Marzuqi Mustamar tidak separah yang dilakukan oleh para pengurus NU yang nyata-nyata gabung ke TKN. Kiai Marzuqi Mustamar mengkampanyekan Paslon AMIN atas nama individu/pribadi.
Sebaliknya, para tokoh-tokoh dari badan-badan otonom NU telah nyata-nyata telah melanggar Pasal 51 ayat (3) huruf d yang berbunyi: jabatan ketua umum Badan Otonom Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap dengan jabatan Pengurus Harian perkumpulan yang berafiliasi kepada partai politik.
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para pengurus PBNU maupun tokoh-tokoh Badan Otonom NU adalah apa yang disebut oleh Kiai Marzuqi Mustamar sebagai “kesalahan”. Kiai Marzuqi Mustamar telah memberikan semangat, agar tidak segan-segan bertindak bila terjadi kesalahan.
ADVERTISEMENT
Bentuk tindakan yang paling tepat dalam rangka mengoreksi kesalahan para pengurus PBNu adalah MLB itu sendiri. Wallahu a’lam bis shawab.
Artikel opini ini ditulis oleh KH. Imam Jazuli, Lc. MA
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015, Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia).
(IK)