Kilas Balik 1 Tahun Pandemi COVID-19 di Indonesia

2 Maret 2021 6:15 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo saat konferensi pers terkait virus corona di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/3). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo saat konferensi pers terkait virus corona di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/3). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menkes Terawan Agus Putranto saat konferensi pers terkait virus corona di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/3). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menkes Terawan Agus Putranto saat konferensi pers terkait virus corona di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/3). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Hari ini, tepat setahun yang lalu, Presiden Jokowi mengumumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia. Dua warga positif ini diketahui sempat berkontak dengan WN Jepang yang dinyatakan positif corona.
ADVERTISEMENT
Sontak, pengumuman Jokowi yang saat itu masih ditemani Terawan Agus Putranto sebagai Menteri Kesehatan mengejutkan banyak pihak. Ibu dan anak asal Depok, yang kemudian disebut kasus 1 dan 2, itu sempat menjalani perawatan di RSPI Sulianti Saroso.
Kedua orang itu kemudian diketahui adalah Sita Tyasutami dan ibunya, Maria Darmaningsih. Kakaknya, Ratri Anindyajati, juga ikut terpapar corona. Mereka bertiga pun dinyatakan sembuh pada 16 Maret 2020, dan sampai dihadiahkan jamu oleh Jokowi.
Pasien 1,2,3 di RSPI Sulianti Saroso. Foto: Dok. HUmas Kemenkes
Itu setahun yang lalu. Kini, satu tahun sudah pandemi COVID-19 berjalan di Indonesia. Sejak kasus pertama tersebut, kasus positif corona meningkat secara gradual.
Pemerintah sampai membentuk Gugus Tugas Penanganan COVID-19, yang kemudian berganti jadi Satgas COVID-19 dan diketuai oleh Kepala BNPB Doni Monardo. Pandemi corona ini dinyatakan sebagai bencana nonalam.
ADVERTISEMENT

Kilas Balik 12 Bulan Corona di Indonesia

Pandemi corona menimbulkan dampak besar pada berbagai aspek kehidupan. Krisis kesehatan dan ekonomi ini membuat kegiatan bekerja hingga sekolah harus dilakukan di rumah, mobilitas ke luar rumah dibatasi, mewajibkan protokol kesehatan, resesi ekonomi, hingga gugurnya garda terdepan yakni dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
Tulisan masker kosong di Apotek K24 Duren Tiga, Jakarta Selatan. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Bahkan, sempat terjadi panic buying pada awal-awal pandemi. Kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan pokok, masker, hingga hand sanitizer ludes. Hal ini terjadi di minimarket, supermarket, sampai apotek hingga membuat barang-barang tersebut sempat langka.
Sejumlah kebijakan diambil pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk mengatasi persoalan pandemi ini. Seperti pemberian bantuan sosial (bansos) sebagai jaring pengaman sosial bagi masyarakat terdampak, melarang mudik Lebaran hingga menutup pintu masuk internasional demi mencegah penularan COVID-19.
ADVERTISEMENT
Berbagai prediksi soal puncak pandemi ini ikut bermunculan untuk menenangkan masyarakat, termasuk diucapkan Jokowi. Mulai dari prediksi yang mengatakan pandemi akan berakhir pada Juli, Agustus, atau September 2020. Namun, semua prediksi itu bertumbangan.
Dalam 6 bulan pertama, kurva kasus harian corona justru mengalami meningkat. Pada 27 Juli 2020, kasus corona tembus di angka 100 ribu, dan hariannya terus meningkat pascalibur panjang Lebaran.
Berbeda dengan kebanyakan negara lainnya, Indonesia sejak awal tidak pernah memberlakukan penutupan total atau lockdown. Pemerintah lebih memilih melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), lalu diubah menjadi PPKM, dan kini beralih jadi PPKM skala mikro.
Menurut Jokowi, memilih PSBB ketimbang lockdown sudah diperhitungkan matang-matang menyesuaikan kondisi Indonesia.
"Jangan sampai yang terkena virus (COVID-19) hanya satu orang dalam satu RT, yang di-lockdown seluruh kota. Jangan sampai yang kena virus misalnya satu kelurahan yang di-lockdown seluruh kota. Untuk apa?" ungkap Jokowi yang membandingkan dengan PPKM mikro, Kamis (11/2).
Sejumlah warga berwisata di kawasan Kebun Teh Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (31/10). Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara Foto
Libur panjang juga selalu mengakibatkan peningkatan kasus aktif COVID-19. Dimulai dari libur panjang Idul Fitri pada 22-24 Mei 2020, yang membuat kasus aktif meningkat dengan pesat.
ADVERTISEMENT
"Sebelumnya, periode Maret hingga Juli, kasus aktif meningkat dari 1.107 kasus menjadi 37.342. Dan ini membutuhkan waktu empat bulan. Peningkatan kasus aktif juga diikuti dengan peningkatan testing mingguan hingga 50 persen. Pada periode ini, peningkatan dibarengi dengan event libur panjang Idul Fitri pada tanggal 22-25 Mei 2020," kata juru bicara Satgas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, Kamis (24/12/2020).
Kenaikan kasus aktif semakin cepat saat periode libur pada Agustus 2020, atau saat terjadi libur Idul Adha dan Kemerdekaan RI. Periode Agustus-Oktober 2020, kasus aktif meningkat pesat dari 39.354 menjadi 66.578 dalam waktu hanya dua bulan.
Kemudian peningkatan kasus aktif corona mencapai waktu tersingkatnya setelah libur panjang akhir Oktober-awal November lalu. Dalam periode tersebut, kasus aktif COVID-19 meningkat dua kali lebih cepat dalam waktu yang lebih singkat juga, yakni hanya sekitar 1 bulan, dari dari 54.804 menjadi 103.239 kasus.
ADVERTISEMENT
Berikut data 6 bulan pertama kasus virus corona di Indonesia:
Pada 23 November 2020, kasus corona di Indonesia mencapai setengah juta orang. Sebuah angka yang tidak sedikit, bahkan menyalip Filipina sebagai negara Asia Tenggara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak. Tak sedikit pihak menyatakan Indonesia gagal mengendalikan pandemi ini karena korban meninggal terus berjatuhan.
Dikarenakan kian cepatnya penularan corona, pemerintah memberlakukan aturan pengetatan perjalanan untuk libur Natal dan Tahun Baru 2021. Pemerintah terus menggaungkan agar libur panjang lebih baik di rumah saja demi menekan laju penyebaran COVID-19.
Persyaratan bepergian ikut diperketat, seperti wajib menyertakan surat keterangan hasil negatif COVID-19 menggunakan RT-PCR atau rapid test antigen. Kebijakan ini berlaku untuk seluruh moda transportasi, mulai dari pesawat, kereta, hingga kapal laut.
ADVERTISEMENT
Imbas libur panjang akhir tahun, tren kasus harian semakin melonjak bahkan hingga mencapai 10 ribu kasus lebih per harinya pada Januari 2021. Rekor harian tertinggi kasus COVID-19 selama setahun pandemi terjadi pada 30 Januari 2021, yakni 14.518 kasus.
Puncaknya, Indonesia mencapai 1 juta kasus corona pada 26 Januari 2021 dan masuk dalam jajaran 20 besar negara di dunia dengan jumlah kasus positif terbanyak.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan paparan saat menghadiri rapat kerja bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/1). Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO
Menkes Budi Gunadi Sadikin sampai dipanggil Jokowi untuk menyikapi jumlah kasus 1 juta ini. Budi menyebut satu hal yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi pandemi ini adalah dengan mengurangi laju penularan.
"Istilah kerennya, yang pasti sudah lihat di video-video beredar, kita harus flatten the curve, kita harus mengurangi laju penularan virusnya sehingga fasilitas kesehatan yang kita miliki tidak terlalu berat bebannya. Sehingga kita punya waktu yang lebih banyak untuk merespons virus ini," ungkap Budi, Selasa (26/1).
ADVERTISEMENT
Untuk menekan laju penularan COVID-19 imbas dari libur panjang tersebut, pemerintah akhirnya memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berlaku sejak 11 Januari 2021. PPKM ini berlaku di Jawa dan Bali yang menjadi penyumbang terbanyak kasus positif corona di Indonesia.
Aturan PPKM ini memang tidak seketat saat PSBB Jakarta, namun berbagai pembatasan tetap berlaku, baik untuk bekerja, sekolah, jam buka pusat perbelanjaan dan restoran, hingga mobilitas warga yang mengenakan transportasi umum. PPKM kemudian diperpanjang lagi selama dua pekan hingga 8 Februari 2021.
Bersamaan dengan pelaksanaan PPKM, pemerintah juga mulai melakukan vaksinasi corona di Indonesia. Tanggal 13 Januari 2021, menjadi momen awal vaksinasi dimulai, dengan Presiden Jokowi sebagai orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin corona Sinovac.
ADVERTISEMENT
Kemudian diikuti kelompok tenaga kesehatan sebagai kelompok prioritas pertama. Dan kini vaksinasi corona sudah memasuki tahap II dengan menyasar kelompok petugas pelayanan publik dan lansia.
Presiden Joko Widodo disuntik dosis pertama vaksin corona Sinovac di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/1). Foto: Agus Suparto/Istana Presiden/Handout via REUTERS
Sementara itu, mulai awal Februari 2021, tren kasus corona harian mulai menunjukkan perbaikan. Jika dari pertengahan hingga akhir Januari kasus masih cukup konsisten di atas 10 ribu kasus, perlahan angkanya mulai turun sampai sekarang jadi di bawah 10 ribu.
Penurunan signifikan turut terjadi kasus aktif corona secara nasional, dari angka 171 ribu hingga 157 ribu.
"Sebelumnya 171 ribu turun sampai ke angka 157 ribu. Jadi ada penurunan 14 ribuan kasus aktif yang bisa kita lihat progresnya dan persentasenya juga yang awalnya bahkan sebelum PPKM 14 persen sekarang ke angka 12,19%," jelas Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19, Dewi Nur Aisyah.
Warga melintas di depan mural bertema COVID-19 di Kemplayan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (21/2/2021). Foto: Mohammad Ayudha/ANTARA FOTO
Usai PPKM, pemerintah memutuskan mengubahnya jadi PPKM skala mikro yang mengatur pengendalian COVID-19 dilakukan di tingkat yang lebih kecil, yakni desa atau kelurahan. Dalam pelaksanaannya, tiap desa dan kelurahan ini mesti membuat posko komando dan ikut membantu pelaksanaan 3T (testing, tracing, treatment).
ADVERTISEMENT
PPKM mikro ini berlaku mulai 9-22 Februari, dan telah diperpanjang hingga 8 Maret 2021.

Data Corona di Momen 1 Tahun Pandemi

Petugas medis beristirahat setelah selesai melaksanakan SWAB Test di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Rabu (8/4). Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Hingga 1 Maret 2021, penularan corona masih terus terjadi meski penambahan hariannya menunjukkan penurunan hingga di bawah 10 ribu kasus. Namun, tren baik ini bukan berarti pandemi ini akan segera berakhir.
Per Senin (1/3), kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 1.341.314 orang atau terjadi penambahan 6.680 pasien dalam sehari.
Dalam periode yang sama, sebanyak 36.325 jiwa meninggal dunia akibat corona atau sekitar 2,7 persen dari total kasus. Sayangnya, kasus kematian setiap harinya masih tergolong tinggi, yakni di atas 150 orang.
Petugas melakukan tes usap antigen COVID-19 terhadap calon penumpang bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) di Terminal Pakupatan, Serang, Banten, Kamis (11/2). Foto: Asep Fathulrahman/ANTARA FOTO
Sementara itu, sudah 1.151.915 orang dinyatakan sembuh dari COVID-19, atau 85,9 persen dari total kasus terkonfirmasi. Kasus aktif juga kian menurun. Jika pada bulan sebelumnya sempat mencapai 175 ribu, kini kasus aktif turun jadi 153.074 orang.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan vaksinasi corona yang sudah berjalan lebih dari 1,5 bulan ini? Jumlah tenaga kesehatan yang mendapatkan suntikan dosis pertama bahkan sudah mencapai 100 persen, atau 1.720.523 orang dari 1.468.764 sasaran vaksinasi nakes. Lalu sudah 1.002.218 nakes yang menerima suntikan dosis keduanya.
Mengapa jumlah penerima vaksin lebih banyak dari target? Sebab, jumlah nakes yang disuntik masih bisa bertambah atau berkurang mengikuti kondisi di lapangan. Ada yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan setelah sebelumnya tidak bisa, namun ada juga yang batal atau ditunda karena kondisi kesehatannya, seperti baru sembuh corona, komorbid, atau sedang hamil.

Kapan Indonesia Bisa 'Bebas' Corona?

Doni Monardo bersyukur telah negatif COVID-19. Foto: Satgas COVID-19
Hari ini tepat setahun 'merayakan' pandemi COVID-19. Berbagai penanganan corona masih terus dilakukan pemerintah demi bisa memutus mata rantai penularan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Doni Monardo memiliki target pandemi corona di Indonesia dapat terkendali pada 17 Agustus 2021, atau saat hari Kemerdekaan RI.
"Target kita adalah pada perayaan 17 Agustus yang akan datang, maka kita betul-betul harus bebas dari COVID. Artinya, dalam posisi yang dapat dikendalikan," ucap Doni, Senin (15/2).
Apakah target Doni Monardo ini akan benar-benar terwujud? Patut kita nantikan.
ADVERTISEMENT