Kilas Balik Pembunuhan Sadis Model Mongolia di Malaysia

18 Desember 2019 19:52 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak. Foto: AFP/MOHD RASFAN
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak. Foto: AFP/MOHD RASFAN
ADVERTISEMENT
Azilah Hadri buka suara. Eks ajudan mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak itu mengaku diperintahkan bosnya membunuh seorang model asal Mongolia pada 2006 lalu.
ADVERTISEMENT
Model itu bernama Altantuya Shaariibuugiin. Kematiannya lebih dari satu dekade lalu meninggalkan misteri tak terpecahkan.
Jasad perempuan itu tidak pernah ditemukan. Ia dihabisi secara sadis. Laporan polisi menyebut Altantuya ditembak dua kali sebelum jasadnya dimusnahkan dengan diledakkan menggunakan bom C-4 kelas militer.
Polisi sampai saat ini belum menemukan siapa otak pembunuhan Altantuya. Meski demikian, nama Najib sebagai orang yang harus bertanggung jawab semakin santer terdengar.
Kematian misterius wanita kelahiran 1978 itu bermula saat dia tiba di Malaysia tahun 2000-an lalu.
Ia pergi ke Negeri Jiran usai gagal meniti karier di dunia modeling. Altantuya pernah sekolah model di Paris.
Walau karier modeling gagal, Altantuya memiliki kemampuan fasih berbahasa Rusia, China, Inggris, dan Prancis. Kepiawaian bahasa inilah yang membuat dia memutuskan menjadi penerjemah.
ADVERTISEMENT
Pekerjaan ini pula yang membawa Altantuya menginjakkan kaki di Malaysia. Setibanya di Malaysia, ia bertemu dengan Abdul Razak Baginda, ahli keamanan dari lembaga think-tank Malaysian Strategic Research Centre yang ketika itu menjadi penasihat Najib Razak. Bahkan menurut beberapa sumber, Altantuya dikenalkan kepada Razak Baginda oleh Najib sendiri.
Perkenalan tersebut membuat Altantuya bekerja menjadi penerjemah Abdul Razak Baginda dalam negosiasi pembelian kapal selam Scorpene dari Prancis oleh Malaysia sebesar USD 1,1 miliar. Media Prancis Liberation ketika itu memberitakan, Altantuya mengetahui adanya pemberian komisi dari produsen kapal selam Prancis DCNS sebesar 114 juta euro kepada perusahaan cangkang yang terkait dengan Abdul Razak Baginda.
Media tersebut menyebut Altantuya meminta uang tutup mulut sebesar USD 500 ribu kepada Abdul Razak Baginda. Bila tidak dikabulkan fatal akibatnya.
ADVERTISEMENT
Altantuya mengancam membongkar praktik korupsi pembelian kapal selam Prancis. Sumber lainnya mengatakan uang itu diminta Altantuya kepada Abdul Razak Baginda, jika tidak dia akan mengungkapkan perselingkuhan mereka ke istrinya.
Setelah peristiwa itu, pada 19 Oktober 2006, Altantuya dikabarkan hilang. Polisi Malaysia langsung mencari di mana keberadaan wanita itu. Hasilnya, polisi menemukan serpihan tulang di hutan dekat Subang Dam, Puncak Alam, Shah Alam. Pemeriksaan DNA menyebutkan itu adalah tulang Altantuya. Penyelidikan menunjukkan, Altantuya ditembak sebelum diledakkan dengan C-4.
Eks PM malaysia, Najib Razak usai diadili di Pengadilan Kuala Lumpur karena kasus korupsi. Foto: AFP/MOHD RASFAN
Penemuan itu membuat polisi bergerak cepat. Dua tersangka ditangkap, mereka adalah polisi yang jadi pengawal dan ajudan Najib Razak Azilah Hadri dan Sirul Azhar Umar.
Dalam penyelidikan muncul nama Abdul Razak Baginda, dan Najib Razak dan istrinya, Rosmah Mansor.
ADVERTISEMENT
Karena Najib saat itu menjabat jadi PM, ia dan istrinya dinyatakan tak terlibat. Pada 2008 giliran Abdul Razak yang dinyatakan bebas.
Sementara Azilah dan Sirul divonis hukuman mati dalam kasus ini.
Setelah divonis, Sirul kabur ke Australia. Dari sana, Sirul mengatakan dia "hanya kambing hitam" dan pembunuhan itu diperintahkan oleh "seseorang yang tinggi" jabatannya. Dia juga sempat menyebut keterlibatan "PM" Perdana Menteri, merujuk kepada Najib ketika dia memimpin. Namun pernyataan itu dianulirnya, diduga akibat desakan beberapa pihak.
"Itu satu-satunya kejahatan saya, saya tidak punya catatan kriminal lain sebelumnya. Karena itu, saya ingin membantu pemerintah baru apa yang sebenarnya terjadi jika pemerintah memberikan saya pengampunan penuh," kata Sirul.
Usai Najib lengser dari jabatan PM pada 2018 lalu, Mahathir Mohamad berjanji membongkar siapa pelaku utama pembunuhan sang model. Seruan dibukanya lagi penyelidikan kasus ini juga disampaikan oleh Presiden Mongolia Battulga Khaltmaa dalam ucapan selamatnya kepada Mahathir yang memenangi pemilu.
ADVERTISEMENT