Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2

ADVERTISEMENT
Setahun telah berlalu sejak konflik Gaza meletus. Perang berawal dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan menculik lebih dari 250 orang.
ADVERTISEMENT
Namun, perang yang sejatinya dimulai sejak tujuh dekade lalu ini telah berkembang lebih jauh. Konflik mulai meluas hingga menarik kekuatan regional seperti Iran dan Hizbullah ke dalam pusaran konflik.
Dikutip dari sejumlah sumber, kumparan akan mengulas kembali beberapa momen penting dari perang Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Awal Konflik: Serangan Hamas ke Israel
Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Israel selatan.
Kelompok ini menerobos pagar pembatas Gaza, menggunakan paralayang dan speedboat untuk menyerang Israel dari darat, udara, dan laut. Dalam waktu singkat, lebih dari 1.200 orang tewas, dan puluhan lainnya dibawa ke Gaza sebagai sandera.
ADVERTISEMENT
Sebagai tanggapan, Israel langsung melakukan serangkaian serangan udara besar-besaran yang menghantam berbagai target di Gaza dan infrastruktur Hamas.
Militer Israel juga memerintahkan lebih dari 1 juta warga Gaza untuk meninggalkan wilayah utara dan pindah ke selatan guna menghindari serangan yang semakin intensif.
Eskalasi Serangan Darat Israel
Pada 27 Oktober 2023, Israel memulai operasi darat di Gaza. Tank-tank Israel memasuki wilayah Kota Gaza, dengan tujuan menghancurkan jaringan terowongan Hamas yang tersembunyi di bawah kota tersebut.
Serangan ini memperburuk krisis kemanusiaan, dengan ribuan warga Palestina mengungsi dari rumah mereka.
Israel juga memperketat pengepungan rumah sakit terbesar di Gaza, Al-Shifa, yang dianggap sebagai pusat komando Hamas. Pengepungan ini berujung pada kekurangan pasokan medis yang parah, menewaskan pasien, termasuk bayi-bayi di unit perawatan intensif.
ADVERTISEMENT
Serangan Meluas, Krisis Kemanusiaan Memburuk
Hanya dalam waktu satu bulan setelah perang dimulai, 6 November 2023, lebih dari 10 ribu warga Palestina, termasuk banyak wanita dan anak-anak, tewas di Gaza.
Organisasi internasional, termasuk PBB, memperingatkan potensi krisis kemanusiaan yang lebih parah, dengan akses bantuan yang sangat terbatas.
Pada 21 November 2023, gencatan senjata sementara selama tujuh hari disepakati antara Israel dan Hamas.
Dalam periode ini, beberapa sandera yang ditahan Hamas dibebaskan dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina. Namun, gencatan senjata tersebut hanya berlangsung singkat, dengan pertempuran yang kembali memanas.
Pada Desember 2023, konflik menyebar ke wilayah-wilayah di luar Gaza. Hizbullah, sekutu Hamas yang berbasis di Lebanon, terlibat dalam pertukaran tembakan lintas batas dengan Israel.
Israel juga mulai melancarkan serangan udara ke wilayah Lebanon, Suriah, dan Irak, yang dianggap sebagai basis militer kelompok-kelompok bersenjata yang terkait dengan Iran.
ADVERTISEMENT
Pada 14 April 2024, Iran secara langsung memasuki konflik dengan meluncurkan lebih dari 300 proyektil, termasuk rudal balistik dan drone, ke wilayah Israel.
Ini adalah serangan balasan atas serangan udara Israel yang menargetkan konsulat Iran di Suriah dan menewaskan beberapa pejabat militer Iran.
Reaksi Internasional: Tuntutan Gencatan Senjata
Krisis ini menarik perhatian dunia internasional pada 25 Maret 2024, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata, namun tak diindahkan oleh pihak-pihak yang bertikai.
Akhir April, ribuan mahasiswa di kampus-kampus ternama AS, Eropa, hingga Australia menggelar aksi bela Palestina. Mereka mendorong kampus dan pemerintahnya untuk divestasi atau memutus hubungan dengan Israel.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) juga mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan beberapa pemimpin Hamas atas dugaan kejahatan perang pada 20 Mei 2024.
ADVERTISEMENT
Ini adalah pertama kalinya seorang pemimpin negara yang didukung oleh kekuatan besar Barat menghadapi tuntutan pidana internasional.
Perang Gaza yang Tak Kunjung Usai
ADVERTISEMENT
Memasuki Juli 2024, Israel kembali memperluas operasinya, kali ini di Khan Younis, Gaza selatan. Awalnya wilayah ini menjadi tempat pengungsian bagi ratusan ribu warga Palestina.
Dalam setahun konflik, beberapa tokoh penting Hamas dan Hizbullah tewas di tangan Israel.
Pemimpin politik utama Hamas, Ismail Haniyeh, tewas di Iran pada 31 Juli. Teheran menyalahkan Israel. Garda Revolusi Iran mengatakan Haniyeh dan salah satu pengawalnya dibunuh di ibu kota Teheran sekitar pukul 2 pagi waktu setempat.
Keesokan harinya, 1 Agustus, Israel mengatakan telah membunuh komandan Hamas Mohammed Deif dalam serangan 13 Juli yang menghantam kompleks di pinggiran kota Khan Younis di Gaza selatan. Namun, belum ada konfirmasi langsung bahwa Deif terbunuh.
ADVERTISEMENT
Ketegangan Israel dan Hizbullah
Di saat yang sama, serangan lintas batas antara Israel dan Hizbullah di Lebanon semakin sering terjadi.
Pada 27 Juli 2024, serangan roket di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel menewaskan 12 anak. Israel menuduh Hizbullah bertanggung jawab dan merespons dengan serangan udara ke Beirut.
Pada 17 September, ledakan massal pager yang digunakan oleh anggota Hizbullah di Lebanon menewaskan 12 orang dan melukai hampir 3.000 lainnya.
Kurang dari 24 jam kemudian, serangkaian ledakan serupa menghantam radio walkie-talkie yang digunakan oleh kelompok tersebut.
Saat Hizbullah terhuyung-huyung akibat ledakan elektronik, Israel menargetkan Beirut dengan serangkaian serangan dan menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Pada 30 September 2024, pasukan Israel melintasi perbatasan Lebanon dalam serangan darat terbatas. Ini memicu kekhawatiran bahwa konflik akan semakin meluas.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Iran membalas dengan meluncurkan ratusan rudal balistik ke Israel pada 1 Oktober 2024.
Hingga kini Israel masih menggempur Gaza. Saat bersamaan mereka terus menyerang Lebanon via udara, dan memulai operasi darat di selatan negara tersebut.