Kiprah Alumni Ponpes Ngruki untuk Negeri, dari Pendakwah hingga di Pemerintahan

19 Agustus 2022 17:01 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ismiyanto, alumni Ponpes Al Mukmin Ngruki, dia puluhan tahun mengabdi menjadi birokrat. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ismiyanto, alumni Ponpes Al Mukmin Ngruki, dia puluhan tahun mengabdi menjadi birokrat. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pondok Pesantren (Ponpes) Islam Al Mukmin atau lebih dikenal sebagai Ponpes Ngruki di Cemani, Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah tersohor di penjuru negeri.
ADVERTISEMENT
Banyak alumni Ponpes Ngruki yang ternyata memberikan sumbangsih pada negeri. Tak hanya menjadi pendakwah, beberapa di antaranya bahkan terjun ke pemerintahan dengan mengabdikan diri menjadi Pegawai Negeri Sipil atau PNS.
Salah satu alumni yang mengabdi di birokrat adalah Ismiyanto. Dia pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Wonogiri. Kini, alumnus Ponpes Ngruki 1982 itu bertugas menjadi dosen di Universitas Islam Batik (Uniba) Surakarta. Mengajar prodi hukum.
"Jadi saya dari awal memang di pemerintahan. Dimulai dari dulu di dunia pendidikan," kata Ismiyanto kepada kumparan di sela-sela acara Setengah Abad Khidmat Pondok Ngruki untuk Negeri di Pondok Pesantren Islam Al Mukmin, Ngruki, Kabupaten Sukoharjo, Jumat (19/8).
Ismiyanto menjadi PNS sejak 1992. Di Pemkab Wonogiri, dia mengaku meniti karir dari bawah. Saat itu, dia bertugas di Dekdikbud.
ADVERTISEMENT
"Kalau dulu Dekdikbud terus jadi otonomi daerah akhirnya semua menjadi satu menjadi pegawai pemda semua. Saya kebetulan meniti karir dari bawah ya. Dari kepala urusan di kantor, kemudian kepala kantor Dekdikbudcam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan, selama 4 tahun," ujarnya.
Muktamar ke-5 Ikatan Alumni Ponpes Islam Al Mukmin (IKAPPIM) membuka rangkaian acara Setengah Abad Khidmat Pondok Ngruki untuk Negeri di Pondok Pesantren Islam Al Mukmin atau lebih dikenal sebagai Ponpes Ngruki, Cemani, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah Foto: Arfiansyah Panji/kumparan
Pengalaman Ismiyanto di birokrat pun beragam. Termasuk pula sempat menjadi Kepala Satuan Polisi Pamong Praja atau Satpol PP.
"Saat sekarang saya melintas sebagai dosen di fungsional di Universitas Islam Batik Surakarta. Sekarang posisi saya ngajar menjadi dosen. Sampai sekarang mulai dari akhir 2021," katanya.
Meniti karir di pemerintahan adalah wujud nyata alumni Ngruki berbakti pada negeri. Ismiyanto bercerita bahwa tak hanya dia, alumni Ngruki lain juga memberikan sumbangsih ke negeri dengan potensi-potensi masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya dari pemerintahan kita ketika melakukan tugas ini sebisa mungkin ya kita berbuat sesuatu seperti contoh ketika kita di perhubungan yang terkahir itu bagaimana kita membangun konektivitas antar daerah jadi ada angkutan ada dari Solo-Karanganyar, Solo-Wonogiri, Solo-Klaten, Solo-Boyolali ini bagaimana konektivitas itu. Solo Raya bersama-sama merintis program itu," ceritanya.
Capaian Ismiyanto pun tidak hanya di tingkat regional, tetapi juga di tingkat nasional. Kerja-kerja Ismiyanto dan rekan-rekan berhasil diganjar penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) oleh pemerintah pusat.
Sementara itu, Ustaz Syamsuddin Asrori yang masuk Ponpes Al Mukmin Ngruki tahun 1992 banyak berkiprah di kerelawanan. Selain juga dia mendirikan sejumlah pondok pesantren.
Ustaz Syamsuddin Asrori dari Karanganyar, salah satu alumni Ponpes Al Mukmin Ngruki. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparanSyamsuddin pun menceritakan awal mula dia masuk ke Ponpes Al Mukmin Ngruki. Dia mengatakan bahwa saat tahun 1991 dia merupakan peserta Jambore Nasional Cibubur dan mestinya peserta Jambore Dunia di Korea Selatan.
Namun, di sela-sela kesibukannya di pramuka, sang ayah meminta Syamsuddin untuk menjadi imam masjid. Maka kemudian dia masuk ke Ponpes Al Mukmin Ngruki.
ADVERTISEMENT
"Sampai 96 selesai. Itu di Jawa Barat merintis 5 pesantren bersama dengan teman-teman kemudian 2010-2014 pulang kampung di Karanganyar. Saya asli Karanganyar bikin pesantren sampai ada di Jawa Timur 1 di Karanganyar 3. 4 pesantren itu basisnya masjid," katanya.
"Kalau kita bicara kiprah alumni Ngruki, masyaallah hampir semua lini dan ranah ada. Mungkin nasihat-nasihat para ustaz dulu di mana pun kaki mu berpijak kamu bertanggung jawab atas Islamnya orang-orang yang ada di sekitar," katanya.
Setelah dari Ngruki, Syamsuddin pun menempuh pendidikan di berbagai universitas seperti IKIP Bandung, Unisba, hingga di Kairo Mesir.
Dia menjelaskan bahwa mayoritas alumni Ngruki bergerak di bidang pendidikan. Namun ada pula yang bergerak di bidang lain seperti pemerintahan, TNI, hingga lembaga hukum.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada satu pun yang kita lihat di alumni Ngruki itu yang tidak ada peran sama sekali. Semuanya berperan, semua punya peran aktif di tengah masyarakat, diterima, care baik itu instansi pemerintah bahkan kepala desa pun ada. Pejabat dinas ada, ASN ada. Dan kita memiliki itu semuanya sekian banyak itu ada di negeri kita dan Ngruki sudah membumi insyaallah," katanya.
Saat ini, Syamsuddin di Karanganyar mengelola Pesantren Baitul Mukmin Qurani dan sejumlah pesantren lain dengan basic pesantren masjid. Dia pun mewujudkan impian sang ayah agar dirinya menjadi imam masjid.
"Ketika saya pulang Karanganyar 2014, Bapak Bupati Karanganyar kawannya kakak, bertanya kepada saya kenapa kiai muda pulang, saya jawab hanya ingin pulang kampung untuk mewujudkan setiap satu masjid 1 muhafidz. Dia menjadi imam kemudian 10 anak itu ikut menghafal quran bersama 1 imam itu sehingga setelah 10 anak itu menjadi muhafidz-muhafidz akan disebar ke masjid yang lain," katanya
ADVERTISEMENT
Dia berharap dengan kiprah-kiprah para alumni Ngruki untuk negeri ini maka stigma negatif tentang alumni Ngruki bisa dihilangkan.
"Kalau saya begini dari Ngruki untuk negeri maknanya berarti hari ini hampir semua orang kenal Ngruki yang dikenal maaf ya kesan yang dalam tanda kutip keras, radikal. Tapi kenyataannya kalau kita lihat kiprah anak Ngruki di negeri, mana yang tidak ditempati oleh anak Ngruki," ujarnya.
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jawa Tengah, Ustaz Aris Munandar yang merupakan alumni Ponpes Al Mukmin Ngruki 1989. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jawa Tengah, Ustaz Aris Munandar yang merupakan alumni Ponpes Al Mukmin Ngruki 1989 mengatakan bahwa banyak alumni Ngruki yang menonjol di aspek keagamaan.
Namun meski banyak aktif di berbagai event keagamaan, tetapi alumni Ngruki juga aktif di sektor-sektor lain dan memberikan sumbangsih pada negeri.
ADVERTISEMENT
"Ya ini kalau di sektor-sektor yang lain ya pasti itu menjadi kenyataan. Karena lembaga ini sudah lama. Banyak sekali menempati posisi-posisi yang ada di negeri ini yang dibutuhkan oleh umat," kata Aris.
"Saya melihat peran itu harus dikuatkan untuk mengisi celah-celah yang kosong dari memakmurkan Indonesia itu ya tentu bukan dari aspek keagamaan saja. Jadi dan alumni Ngruki bisa bersaing dalam aspek itu. Bisa mengambil bagian bukan berarti tidak bisa mengambil bagian," ujarnya.
Abidin Rohmatullah mungkin bisa merepresentasikan alumni Ngruki muda. Dia adalah alumni tahun 2017. Pemuda asal Sragen ini 6 tahun menimba ilmu di Ponpes Al Mukmin, Ngruki.
"Aktivitas sekarang saya membuat usaha bidang advertising. Selain itu ngajar juga di SMP di Sukoharjo juga," ceritanya.
ADVERTISEMENT
Selama belajar di Ngruki, Abidin mengaku mendapatkan pelajaran lebih di spiritual. Dia diajari tentang moral hingga akhlak.
"Di sini kita diajari ibadah atau mungkin pelajaran agama yang lebih," ujarnya.
Dia tak menampik kerang mendengar isu miring soal alumni Ngruki. Namun, dia mengatakan hal itu tidak relevan dengan keadaan yang sekarang. Selama dia di pondok tugasnya adalah belajar secara akademis dan agama.
"Kalau di sini ya belajar-belajar, ibadah ya ibadah," ujarnya.
Dia pun berharap, jangan hanya karena pelajaran agama intensitasnya lebih banyak lalu Ponpes Al Mukmin Ngruki dipandang radikalis.
"Cuma mungkin karena dipandang intensitasnya lebih tinggi dari yang lain mungkin kita dibilang ekstremis atau radikalis," ujarnya.
Abidin berharap dengan banyaknya alumni Al Mukmin Ngruki yang muncul dengan berbagai latar belakang profesi di pemerintahan, perekonomian, pendidikan, hingga kesehatan, bisa menunjukkan banyaknya peran alumni Ngruki ke negeri.
ADVERTISEMENT
"Iya tentu seperti kemarin itu kita bedah buku kan ada kiprah 21 santri di berbagai bidang itu sebagai bukti bahwa ternyata alumni kita alumni Ngruki ini nggak cuma sekedar pendakwah tapi bergerak di bidang lainnya sesuai kemampuan masing-masing. Dan kita tentu memiliki kontribusi kepada negara Indonesia sendiri," ujar dia.