Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Kisah AKP Harianto Selamatkan Massa #2019GantiPresiden dari Amuk Warga
2 September 2018 10:36 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Sebuah video polisi menyelamatkan seorang pria anggota aksi #2019GantiPresiden beredar di media sosial. Anggota polisi itu, rupanya bernama AKP Harianto Rantesalu.
ADVERTISEMENT
Dalam video itu, Harianto merangsek ke kerumunan warga dan mengamankan seorang pria yang sudah diserbu oleh warga. Tanpa basa basi, Harianto langsung membawa pria berkemeja itu keluar dari kerumunan massa. Bahkan, dia sempat terpukul oleh massa yang berusaha memukul pria yang tengah diselamatkan oleh Harianto.
Saat ditemui, Harianto mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Minggu (26/8). Saat itu, massa #2019GantiPresiden yang tengah melintas di Jalan Indrapura, Surabaya tiba-tiba diadang oleh sekelompok ormas yang menolak aksi itu.
"Beberapa massa dari tagar 2019 sudah bercampur dengan massa lain dari sejumlah ormas yang kontra," urai Anto saat ditemui kumparan, Minggu (2/9).
Kapolsek Bubutan itu mengatakan, kedua belah pihak sudah sepakat untuk membubarkan diri. Rupanya, setelah kesepakatan terjadi, sebagian massa masih tetap ada di lokasi.
ADVERTISEMENT
Salah seorang pria dari massa pro deklarasi masih mengenakan atribut kaus #2019GantiPresiden ternyata berada di tengah-tengah kerumunan massa ormas yang menolak aksi ini. Tak khayal, pria tersebut dikerumuni dan menjadi bulan-bulanan persekusi dari massa.
Anto yang melihat hal itu, langsung masuk ke kerumunan warga. Alumnus Akademi Kepolisian 2006 ini langsung merangkul bagian kepala pria itu untuk melindungi dari pukulan massa dan kemudian membawanya menjauh dari kerumunan.
"Dia merupakan salah satu peserta aksi deklarasi tagar 2019. Saya tidak mengenalnya. Yang saya lihat, dia mau dipukuli dan ada di tengah-tengah kerumunan. Jadi langsung saya amankan," ungkap Anto.
Melihat polisi yang membawa korban persekusi ini, masih saja ada oknum massa yang nekat melayangkan pukulan dan tamparan kepada pria peserta aksi ini. Tak khayal, beberapa serangan justru malah menyasar ke tubuh polisi berpangkat balok tiga ini.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Anto mengakui bahwa hal itu sudah menjadi risikonya sebagai petugas kepolisian. Meski terkena pukulan nyasar dan sempat lecet di tangan, tidak dipermasalahkan olehnya.
"Iya awalnya tidak merasakan. Karena saya langsung lari menyelamatkan orang ini. Ternyata baju saya ditarik banyak yang copot atributnya. Ini sudah saya ganti baru," ujarnya sembari menunjukkan bagian seragam dinasnya.
Selanjutnya, AKP Anto mengaku mengamankan peserta aksi itu menggunakan sepeda motor untuk menjauhi lokasi kerumunan. "Saat itu kebetulan ada motor. Dikawal anggota provost kemudian kita bawa lari pokoknya aman dari massa," imbuh mantan Kasat Reskrim Jombang ini.
Terkait tindakan itu, AKP Anto mengaku melakukannya secara spontan. Mengingat, wilayah terjadinya gesekan massa menjadi wilayah hukumnya sebagai kepala kepolisian sektor Bubutan.
ADVERTISEMENT
"Memang menjadi tugas dan tanggung jawab saya sebagai polisi dan bertanggung jawab atas wilayah hukum Bubutan," tutur dia.
Anto juga menyadari anggota lainyan juga tengah berkonsentrasi mengamankan ratusan massa peserta aksi lainnya yang mendapatkan penolakan dari sejumlah ormas.
Menurut Anto, pria peserta aksi yang diselamatkannya di dalam video Twitter itu hanya sebagian kecil. Ada beberapa peserta aksi lainnya yang telah diamankan oleh anggota korps Bhayangkara.
"Banyak anggota saya sedang banyak membantu yang lain. Karena ada beberapa peserta aksi bahkan ibu-ibu membawa anaknya masih kecil," terang pria asal Makassar ini.
Selain aksi heroik itu, ada isu yang muncul soal dirinya merupakan nonmuslim. Anto memang seorang nonmuslim tapi hal itu tidak mengurangi profesionalitasnya dalam menjalankan tugas menjaga keamanan.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada hubungan itu. Saya tidak pedulikan agama atau siapa pun. Karena tugas kita sebagai polisi hanya menjaga kamtibmas. Saya bahkan sempat masuk ke masjid untuk mengamankan massa aksi," ucap dia.
Anto mengakui peristiwa kericuhan tersebut menjadi salah satu dari kesekian pengalaman yang diterimanya saat bertugas. Padahal baru tiga bulan terakhir dia bertugas di pucuk pimpinan Polsek Bubutan.
Beberapa kali tugasnya memang harus bersentuhan dengan kontak fisik dengan orang lain. "Namun selagi terciptanya kondisi aman dan kondusif di Surabaya akan kami lakoni," pungkasnya.