Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Tokoh reformasi yang juga pendiri PAN, Amien Rais, berbicara mengenai masa-masa saat berjuang memenangkan Abdurahman Wahid (Gus Dur) dalam koalisi dibentuk Amien, koalisi umat Islam yang disebut poros tengah pada tahun 1999.
ADVERTISEMENT
Gus Dur saat itu bersedia dicalonkan sebagai presiden pada sidang umum MPR berhadapan dengan calon dari PDIP, Megawati Soekarnoputri. Namun, ada cerita yang disampaikan Amien Rais bahwa sesungguhnya setelah Presiden B.J Habibi lengser, justru Amienlah yang didaulat oleh Habibie untuk maju menjadi capres dari poros tengah.
Amien menolak ide itu karena ia lebih dulu sudah mendukung Gus Dur sebagai capres dalam koalisi umat Islam tersebut. Keputusan itu semakin matang ketika Amien sudah disumpah untuk mengemban jabatan Ketua MPR untuk lima tahun ke depan.
Cerita itu disampaikan Amien dalam kanal Youtube milik pakar hukum tata negara, Refly Harun.
"Betul betul, jadi gini Mas Refly, jadi dua bulan sebelum itu diadakan pertemuan umat Islam di PP Muhammadiyah, Menteng Raya. Itu ada Gus Dur, ada saya, ada tokoh-tokoh lain. Kemudian saya saat itu mengatakan saudara-saudara sekalian para hadirin, jadi di gedung Muhammadiyah ini saya akan mendeklarasikan akan menyatakan bahwa poros tengah itu akan mencalonkan Gus Dur sebagai presiden," kata Amien sambil menceritakan kejadian saat itu.
ADVERTISEMENT
"Jadi waktu itu, setelah Pak (Habibie) itu diterima laporan pertanggungjawabannya. Lalu Pak Habibie kemudian mengatakan tidak mungkin saya (Habibie) akan maju lagi. Di rumah Pak Habibi itu saya didaulat sama Pak Habibi saya didaulat untuk maju (sebagai capres) melawan orang lain, dengan Bu Megawati," jelas Amien.
Desakan dari teman-temannya agar Amien menerima daulat tersebut dan maju sebagai capres, terus berdatangan. Namun, karena ia sudah kadung mendukung Gus Dur, keinginan dia maju sebagai capres diurungkan karena alasan moralitas dan etika berpolitik saat itu. Dan keputusan itu semakin matang ketika Amien mendengarkan masukan dari Ibundanya melalui sambungan telepon.
"Ya memang Mas, Gus Dur kan tahu, bukan berarti saya lantas enggak mampu, enggak. Insyaallah saya mampu. Cuma waktu itu kesannya saya mencuri di tikungan itu, sementara saya sudah disumpah oleh Mahkamah Agung sehingga saya dan Pak Habibie dan Bapak-bapak yang lain, saya minta waktu untuk telepon ibu saya," terang Amien.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Amien mengatakan bahwa kejadian pada saat itu banyak yang tidak diketahui orang-orang. Ia menolak daulat dari Habibie untuk capres karena alasan moralitas dan agama. Sehingga Amien merasa tidak elok apabila menerima mandat itu lantas menang sebagai capres karena akan dicap sebagai pengkhianat.
"Jadi saya waktu andai kata pun saya kemudian menang, ini saya berkhianat. Saya akan menjalani ketua MPR untuk lima tahun. Dan alhamdulillah semua berjalan smooth, tapi sekarang sudah selesai, sudahlah," ungkap Amien.
Di Pemilu 1999 itu, Gus Dur akhirnya terpilih sebagai Presiden ke-4 dengan catatan suara 373 suara melawan Megawati 313 suara. Gus Dur, juga atas pertimbangan Amien Rais, lalu menjadikan Megawati sebagai wakil presiden.
"Kalau Bu Megawati sampai tidak ada di peta struktur politik di atas, bagaimana, apa kata dunia? Ketua MPR sudah Amien Rais, kemudian Gus Dur PBNU, kemudian Akbar Tandjung HMI. Kemudian saya katakan, andai kata (wapres) dipilih pun, sebagian besar Bu Megawati menang," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Kemudian salawatan di MPR. Saya menikmati sekali ya Allah demokrasi itu berjalan dengan baik tontonnya enak, kalau sekarang susah," pungkasnya.
--------------------------
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.