Kisah Awal Mula Perayaan Kelulusan dengan Corat-coret Seragam

3 Mei 2017 7:36 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Corat-coret siswa SMA usai lulus ujian sekolah. (Foto: Facebook Sari Kusuma Dewi)
zoom-in-whitePerbesar
Corat-coret siswa SMA usai lulus ujian sekolah. (Foto: Facebook Sari Kusuma Dewi)
Kelulusan merupakan salah satu momen terpenting bagi para pelajar. Maka tak heran jika banyak pelajar yang merayakannya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya perayaan kelulusan yang dipilih para remaja SMP dan SMA acapkali kurang bermanfaat. Bahkan tak jarang perayaan tersebut justru menimbulkan masalah. Mereka mencorat-coret seragam menggunakan cat semprot /pylox, vandalisme, konvoi, hingga tawuran.
Polisi sudah mengimbau agar para pelajar tidak menggelar aksi berlebihan dalam perayaan kelulusan. Sejumlah sekolah juga banyak yang mengingatkan siswanya untuk merayakan kelulusan dengan tindakan yang lebih bermanfaat seperti santunan atau pentas seni. Namun banyak yang tak mengindahkannya.
Aksi corat-coret ini terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia. Lalu sejak kapan sebenarnya aksi corat-coret ini dilakukan?
Dikutip dari berbagai sumber, tak ada yang tahu pasti kapan awal mula kelulusan dirayakan dengan corat-coret seragam. Namun, aksi ini ditengarai telah terjadi sejak tahun 1990-an, saat awal mula diberlakukan Ebtanas.
ADVERTISEMENT
Para siswa merasa begitu terbebani dengan Ebtanas, sehingga langsung menumpahkannya setelah melalui ujian akhir tersebut. Pada awalnya mereka hanya melakukan aksi corat coret sebagai bentuk protes, namun lama kelamaan justru seolah-olah menjadi tahapan wajib. Jika belum corat-coret belum terbukti lulus, kira-kira demikian penggambarannya. Yang membuat miris ialah adanya aksi coret-coret sebelum tahu lulus atau tidaknya.
Ada juga versi lain yang menyebutkan, aksi corat-coret ini bermula pada akhir 1970-an. Kala itu ada seorang siswa pintar namun tidak lulus ujian. Teman-temannya yang berempati, berusaha menanyakan kepada pihak sekolah, namun mereka tetap pada kesempatan awal: tidak lulus.
ADVERTISEMENT
Kemudian kekasih siswa pintar tersebut menenangkannya. Akhirnya siswa pintar yang tidak lulus itu legowo dan meminta teman-temannya mencorat-coret baju seragamnya.
Bagaimana dengan kamu? Masih harus corat-coret untuk merayakan kelulusan?