news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Balita yang Hidup Berdampingan dengan Cerobong Asap Pabrik Briket di Blora

28 Juli 2020 21:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kaki seorang balita yang rumahnya terdampak debu dari pabrik briket di Blora, Jawa Tengah. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kaki seorang balita yang rumahnya terdampak debu dari pabrik briket di Blora, Jawa Tengah. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Intan, usianya saat ini 2 tahun 5 bulan dan belum bisa bicara. Wajahnya tampak kotor. Ibundanya Zumrotun (35), menunjukkan kaki sang anak jadi menghitam karena debu di lantai rumahnya yang beralamatkan di Desa Tempellemahbang RT 03 RW 01, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Sang Ibu mengaku, debu di rumah tersebut membuatnya resah anaknya setiap hari jadi bernafas di lingkungan yang tidak sehat.
"Sangat terganggu. Ambekan (pernafasan) ya sesak terutama anakku yang kecil ini. Upilnya sampai ada flek hitam dan jadi sesak napas," kata Zumrotun, Selasa (28/7).
Ibu dari 2 anak itu sempat mengira, debu yang bermunculan tersebut disebabkan saat ini musim kemarau. Dia baru sadar ternyata debu itu berasal dari sebuah cerobong arang pembuatan briket.
"Satu bulanan kayaknya, saya menyadarinya baru dua mingguan ini," ungkapnya.
Hidup di lingkungan yang tercemar udaranya, Zumrotun khawatir terhadap anak-anaknya apabila terus menghirup udara kotor, paru-paru anaknya tidak kuat lantaran usianya masih sangat dini.
Senada dengan keluh kesah Zumrotun, tetangganya yang bernama Hery Firmansyah (39) juga mengaku terganggu keberadaan pabrik briket tersebut.
ADVERTISEMENT
"Terus terang saya keberatan dan terdampak adanya pabrik briket di desa kami," katanya.
Menurutnya, pihak karyawan pabrik sudah diberitahunya beberapa waktu lalu agar cerobong asap pabrik briket ditinggikan. Namun, kata dia, pemberitahuannya tidak dilakukan hingga saat ini.
Dampak debu pabrik briket ke permukiman warga di Blora. Foto: Dok. Istimewa
"Sudah saya kasih tahu karyawannya agar di sampaikan ke pemilik pabrik briket, tapi belum ada respons penanganan," katanya.
Dia berharap adanya peristiwa ini pihak yang mengelola perusahaan briket tersebut, harusnya ada izin meluas semacam persetujuan warga kanan kiri atau mungkin dekat dengan pabrik tersebut
Sementara itu Kepala Desa (Kades) Tempellemahbang, Kasbi saat dikonfirmasi mengaku, belum mengetahui peristiwa tersebut di wilayahnya. Dia bilang, akan segera mengecek kondisi lokasi pabrik.
"Nanti setelah acara saya tak ngecek kesana. Ini masih acara di Seloparang," kata Kasbi saat ditelepon melalui ponselnya.
ADVERTISEMENT
Saat disinggung lebih lanjut terkait keberadaan pabrik briket tersebut, Kasbi mengaku selama ini aktivitas mereka belum laporan ke pihaknya dan sosialisasi di sekitar lokasi.
"Kalau di zaman saya belum pernah, tapi kalau ke kepala desa yang dulu saya belum tahu," ucapnya.
Terpisah, pihak Pabrik Briket saat ditemui menjelaskan, telah diberitahu tentang keluh kesah warga bahwa ada yang terganggu dengan aktivitas yang dilakukan.
Situasi dan kondisi pembuangan pabrik briket di Blora. Foto: Dok. Istimewa
Menurut dia, adanya laporan itu pihaknya telah bertindak dan menyiapkan solusi penanganan lebih lanjut dan secepat mungkin akan sosialisasi ke warga khususnya di sekitar lokasi pabrik yang terdampak polusi.
"Solusinya kita sudah berupaya beli blower penyedot, sama terpal untuk tutup," kata Teguh selaku Kepala Sumber Daya Manusia (SDM) di Pabrik Briket CV Krambil Jawadwipa Nusantara itu.
ADVERTISEMENT
Diketahui, debu yang berasal dari arang dari batok kelapa beterbangan di sekitar pabrik di Desa Tempellemahbang lantaran di lokasi setempat digunakan sebagai tempat proses mengayak dan menggiling. Sedangkan yang proses nyetak briketnya bukan di lokasi setempat. Melainkan di Kalitengah, Kecamatan Jiken.
Teguh menyampaikan, pemilik usaha Pabrik Briket tersebut bernama Arif Budiono asal Cepu, Blora. Saat ini yang bersangkutan berdomisili di Jakarta.
Atas laporan yang terjadi, dia mengungkapkan, pemiliknya akan diberitahu lebih lanjut informasinya. Dia bilang, pihak pabrik akan melakukan upaya agar tidak merugikan orang lain disekitar lokasi keberadaan.
"Secara hukum atau secara apapun kita nggak boleh merugikan orang lain. Pabrik ya mendayagunakan masyarakat sekitar,"
Lebih lanjut Teguh mengungkapkan, keberadaan pabrik meski belum sosialisasi dengan warga sekitar lokasi, namun warga Desa Tempellemahbang ada beberapa yang dipekerjaan di Pabrik Briket tersebut.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi, aktivitasnya CV Krambil Jawadwipa Nusantara di Desa Tempellemahbang ini sebatas ngontrak, yang sebagian adalah tanah aset desa yang dikontrakkan oleh pemilik bengkok.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)