Kisah Burung Merpati yang Jadi Pahlawan di Medan Perang Surabaya

15 Agustus 2017 13:36 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Merpati di museum Brawijaya (Foto: enggar.net)
zoom-in-whitePerbesar
Merpati di museum Brawijaya (Foto: enggar.net)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Burung merpati pos yang pernah digunakan sebagai kurir di daerah Komando Ronggolawe, Lamongan/Bojonegoro dengan front Surabaya pada tahun 1946," demikian keterangan seperti dikutip dari Museum Brawijaya.
ADVERTISEMENT
Burung merpati ini mungkin menjadi satu pemandangan unik di Museum Brawijaya di Kota Malang, Jawa Timur. Burung ini satu-satunya makhluk hidup yang diberi air keras dan dipajang di museum.
Museum Brawijaya sendiri pembangunannya sudah dirintis sejak 1962 oleh Brigjend TNI (Purn) Soerachman, mantan Pangdam VIII/Brawijaya tahun 1959-1962. Pembangunan gedung museum ini didukung pemerintah daerah Kotamadya Malang, dengan luas tanas 10.500 meter persegi. Museum ini dibangun pada 1967 dan selesai 1968.
Berbagai barang peninggalan era perang kemerdekaan ada di museum ini. Mulai dari tank, meriam, senjata penangkis serangan udara, hingga patung Jenderal Sudirman. Di antara ratusan koleksi, salah satunya burung merpati itu.
Keterangan lebih lengkap tentang merpati pos ini termuat dalam buku 'Album Perang Kemerdekaan 1945-1950', yang diterbitkan Badan Penerbit Almanak RI.
ADVERTISEMENT
Burung merpati pos yang diberi pangkat 'letnan' ini menyampaikan pesan-pesan dari para pejuang di kawasan Lamongan dengan Surabaya. Karena merpati pos ini, komunikasi antara para pejuang bisa lancar dilakukan.
Hingga akhirnya, kepak sayap merpati, terendus tentara Belanda. Penembak jitu tentara Belanda, membidik 'letnan' merpati yang tengah terbang dengan sebuah misi.
Dor! Pelor menembus tubuh merpati. Kepak sayapnya melemah, darah ke luar. Tapi, merpati tetap terbang hingga sampai di tujuan. Di buku 'Album Perang Kemerdekaan' itu tertulis, di depan komandan tentara republik, merpati itu jatuh dan mati. Merpati itu kemudian diberi penghargaan letnan anumerta.
Hingga kemudian, bangkai merpati itu diawetkan, untuk mengenang jasanya. Perwira pejuang kemerdekaan saat itu kemudian menyerahkan merpati itu ke museum. Hingga kini, merpati bisa dilihat di Museum Brawijaya.
Demo Satuan Kapal Perang Koarmabar (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Demo Satuan Kapal Perang Koarmabar (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT