Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kisah Chhotu Baraik: Pagi Jadi Pengemis, Malam Pengusaha
10 Januari 2018 10:59 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB

ADVERTISEMENT
Chhotu Baraik (40) pria asal Chakradharpur, negara bagian Jharkand, India ini mempunyai kehidupan yang tak biasa. Bagaimana tidak, pria yang cacat kedua kakinya itu pada siang hari berprofesi sebagai pengemis, sedangkan malam hari sebagai pengusaha.
ADVERTISEMENT
Dilansir Gulfnews, Rabu (10/1), bisnisnya sebagai distributor sebuah perusahaan terkemuka dibangun dari uang hasil mengemis. Penghasilan mengemis Baraik ini bisa sampai Rs 30.000 (rupee India) atau sekitar Rp 6,3 juta per bulan.
Baraik menderita cacat di kedua kakinya, dengan keterbatasan fisiknya ia memanfaatkannya untuk menerima belas kasihan dari orang sekitarnya untuk mengemis.
”Awalnya saya berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan saya, namun kemiskinan terus menghantui saya seperti bayangan saya. Saya berpaling untuk mengemis dan mendapatkan banyak uang. Saya menginvestasikannya ke berbagai bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang bagus,” katanya sambil tersenyum.
Tak hanya itu Baraik hidup bahagia dengan tiga istrinya, dan salah seorang istri ikut mengelola toko perabotan yang ia dirikan dari hasil mengemis. Ia juga menjadi distributor perlatan kesehatan dan produk perawatan ternama di India. Dari usahanya ini pendapatan Chhotu melonjak hingga 1 juta rupee atau lebih dari Rp 200 juta sebulan.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Baraik dapat menggaji 20 karyawan yang mengelola bisnisnya. Meski bisnisnya berkembang, dia masih mengemis di jalanan. Profesi mengemis dia jalani di pagi hari dan pada malam harinya dia mengenakan jas dan dasi untuk memimpin rapat di perusahaannya.
Selain mapan secara ekonomi, Baraik juga mengaku menikmati kebahagiaan dari pernikahan dengan ketiga istrinya. Ia selalu membagi rata pemasukan dari hasil usahanya kepada tiga istrinya, sehingga tak pernah ada pertengkaran di rumahnya, dan selalu hidup rukun dengan ketiga istrinya.